Jakarta, Aktual.co — Sikap marah dan kesal atas kezaliman yang diilakukan orang lain terhadap seseorang, setidaknya pernah dialami manusia. Lalu Apa yang Anda lakukan ketika cacian, fitnah atau pun perlakuan buruk terjadi pada diri kita. Apalagi, jika yang melaukan fitnah tersebut orang yang selama ini kita bantu kesulitannya, kita selesaikan permasalahannya. Sebagai manusia biasa, kita akan merasa sangat marah, hati kita menjadi bergejolak, timbul rasa keinginan yang kuat untuk membalas perlakuan orang yang telah mendholimi kita. Seperti dikisahkan, bahwa sahabat Nabi Abu Bakar As-Sidiq mempunyai seorang kerabat yang memiliki kesulitan ekonomi yang sangat luar biasa. Melihat kesulitan yang dialami sahabatnya itu Abu Bakar pun menanggung seluruh biaya hidupnya. Dia adalah sahabat Misthah bin Utsatsah. Akan tetapi ketika muncul sebuah peristiwa berita dusta terhdap Aisyah ra.
Abu Bakar pernah sangat marah terhadap Mistah Bin Utsatsah, karena sahabat ini turut andil dalam tersebarnya fitnah itu. Peristiwa ini terjadi ketika kaum muslimin dalam perjalanana pulang dari perang bani mustahaliq. Sampai akhirnya setelah peristiwa itu, Abu Bakar bersumpah “Demi Allah, saya tidak akan membiayainya lagi karena ucapan yang diucapkannya kepada Aisyah”. Abu Bakar bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak akan membiayai lagi Mistah Bin Utsatsah. Allah kemudian menurunkan firmannya : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya). Orang –orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ QS An-Nur : 22 Ketika dibacakan ayat ini Abu Bakar lalu mengatakan: “ Demi Allah, sungguh aku ingin mendapatkan ampunan Allah, kemuadian Abu Bakar memaafkan Mistah Bin Utsatsah dan kembali menanggung biaya hidupnya. Mistah Bin Utsatsah seorang Muhajirin dan juga ikut berperang dalam perang Badar, akibat perbuatannya dalam menyebarluaskan desas-desus berita fitnah tersebut dikenakan hukuman dera (haddul qadzaf) sebanyak delapan puluh cambukan. Hukuman dera yang diterima Mistah Bin Utsatsah telah membersihkan dosanya itu. Sahabat, sungguh mulia akhlak dari Abu Bakar, beliau memaafkan Mistah Bin Utsatsah, orang yang turut andil akan tersebarnya desas desus yang menimpa putrinya Aisyah ra, padahal Mistah Bin Utsatsah adalah orang yang selama ini dia tanggung biaya hidupnya.
Seperti manusia biasa, Abu Bakar pun marah, bahkan beliau sampai bersumpah untuk tidak membiayai lagi Mistah bin Utsatsah, hingga akhirnya turun ayat dalam QS. An Nur ayat 22. Dalam surat tersebut di jelaskan agar Abu Bakar memaafkan dan berlapang dada, serta tetap memberikan bantuan kepada mistah agar Abu Bakar mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Kisah ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang bersegera memenuhi panggilan Allah untuk memaafkan. Bisa dikata keteladanan Abu Bakar dalam menghadapi Misthah Bin Utsatsah yang masih kerabatnya sendiri, serta salah satu muhajirin dan sahabat yang ikut berperang dalam perang Badr perlu kita contoh Jadi teruslah berbuat baik, teruslah menolong, teruslah bersikap baik sekalipun orang yang telah kita bantu mencaci dan mendholimi kita. Yakinlah akan janji Allah, bahwa kemenangan itu akan datang. Wallahua’lam bi showab. (Dikutip Dari Berbagai Sumber)
Artikel ini ditulis oleh: