Sikap anggota holding merespons Holding Migas

Rencana penggabungan holding migas berakibat pada anak perusahaan Pertamina dan PGN. Seperti Pertagas, perusahaan tidak memasukkan lagi kontribusi dari dua anak usaha, yakni PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas.

Perta Arun dan Perta Samtan merupakan dua dari empat anak usaha Pertagas. Dua anak usaha lainnya adalah PT Pertagas Niaga dan PT Perta Daya Gas. Perta Arun dan Perta Samtan tercatat memberikan kontribusi terbesar bagi laba bersih Pertagas.

Pelepasan Perta Arun dan Perta Samtan merupakan bagian dari rencana pembentukan induk usaha (holding) BUMN minyak dan gas yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) ke dalam PT Pertamina (Persero).

“Konsep holding merupakan bentuk ideal saat ini untuk PGN dan Pertagas yang mempunyai sektor usaha yang sejenis karena holding akan menciptakan efisiensi,” kata Direktur Utama Pertamina Gas (Pertagas) Suko Hartono dikutip dari antara.

Sedangkan Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengungkapkan pihaknya akan mengikuti keputusan pemerintah. “Kita akan terima keputusan terbaik dari pemerintah,” ujarnya.

PGN menilai holding migas merupakan salah satu upaya untuk menghindari tabrakan pengerjaan pengelolaan gas bumi. Holding diharapkan dapat mensinergikan tata kelola pipa gas yang tumpang tindih antara PGN dan Pertagas.

“Holding akan melebur Pertagas ke PGN, kemudian PGN jadi anak usaha Pertamina,” kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama.

Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina, Nicke Widyawati menilai penggabungan Pertagas ke PGN merupakan sebuah integrasi. Karena anak perusahaan tersebut memiliki bidang usaha yang sama. Disitu akan didapat keuntungan dari sisi efisiensi dan efektifitas.

Ketua Dewan Komisaris PT PGN sekaligus Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menyebutkan ada beberapa tujuan jangka panjang holding migas.

“Tujuan utamanya itu efisiensi, efektifitas, dan kemampuan untuk investasi di masa depan. Sasarannya atau manfaat yang bisa didapatkan itu nanti ada buku putihnya. Pertama, yang kita lakukan sekarang adalah integrasikan PGN ke Pertamina. Kita harap Maret selesai. Pertamina sendiri sedang bergulir, sedang direstrukturisasi,” jelasnya.

Khusus untuk PGN, manfaat gas bisa diintegrasikan yaitu accessability, acceptability, affordability, dan availability. Aksesabilitas itu semakin mudah akses gas kepada konsumen, peningkatan pemanfaatan energi ramah lingkungan baik untuk RT, transportasi dll, kemudian harga gas yang bisa lebih terjangkau, memudahkan mendapatkan sumber gas itu sendiri agar tidak terjadi duplikasi.

“Yang terakhir, dengan masuknya asetnya PGN ke Pertamina, tentu saja yang diharapkan Menteri BUMN (Rini Soemarno) menjadikan levarage Pertamina lebih besar,” pungkasnya.

Terkait bola panas PP yang sekarang berada di sekretariat negara, Aktual mengkonfirmasi status PP Holding Migas tersebut, namun Menteri Sekretariat Negara Pratikno maupun Sekretariat Kabinet Pramono Anung belum memberikan jawaban. Begitu juga terkait restu Presiden, apakah presiden Joko Widodo marah karena holding tidak sesuai dengan konstitusi.

Ditulis: Ismed Eka & Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka