Kairo, Aktual.com – Sebagaimana hubungan kita dengan baginda Nabi Muhammad SAW adalah hubungan rahmah, yang mana baginda adalah merupakan rahmat bagi kita semua. Dimana cinta adalah salah satu bentuk dari rahmat itu, sebagamana baginda telah bersabda:

“لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ”

Artinya “Tidaklah kalian dikatakan telah beriman hingga diriku lebih kalian cintai dari orang tua dan anak kalian”(HR. Bukhari).
Cinta baginda Nabi SAW adalah segala-galanya begi seorang muslim, agar ia dikumpulkan bersama sang kekasihnya. Sesungguhnya “الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ” yaitu “ seseorang itu akan bersama yang ia cintai”(HR. Bukhari).
Begitu pula adanya, Allah telah menjadikan hubungan kita antara sesama muslim adalah hubungan kasih sayang dan cinta. Sehinga rahmat Allah itu akan diberikan kepada hambanya yang salih mengasihi di muka bumi ini, baginda bersabda;

“الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ”

Artinya “Orang-orang yang memiliki kasih sayang maka mereka akan dikasihi oleh Allah Dzat yang Maha Kasih, maka sayangilah orang yang ada di bumi ini, agar kalian dikasihi oleh yang berada di langit “(HR. Abu Dawud).
Baginda Nabi SAW juga telah memerintahkan kita untuk saling mencintai sebagai bukti kasih sayang itu, hingga mengkaitkan keimanan seseorang dengan mencintai sesuatu untuk orang lain sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri. Nabi bersabda:

“قَالَ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ”

Artinya “Tidaklah kalian dikatakan beriman hingga kalian mencintai orang lain seperti kalian cinta kepada diri sendiri”(HR. Bukari).
Syekh Yusri mengatakan, sebagaimana telah kita lihat bahwa kata “cinta” di dalam Al Qur’an dan hadits sangatlah banyak disebutkan, hal ini karena Allah menginginkan dari kita akan hati yang penuh dengan cinta.
Cinta kepada Allah dalam menyembahnya, cinta kepada baginda dalam mengikuti sunnahnya dan cinta kepada sesama muslim dengan mengasihinya. Lihatlah bagaimana agama ini didasarkan pada rasa cinta pada setiap ajarannya. Wallahu A’lam
Sumber: Ustadz Abdullah Al-Yusriy

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin