Palu, aktual.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Palu dan kelas II B Donggala untuk membina moral narapidana (napi).
“Kerja sama ini sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat bagi IAIN Palu dalam menjalankan fungsinya sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam negeri sesuai tri darma perguruan tinggi,” kata Rektor IAIN Palu, Prof Sagaf Pettalongi MPd, di Palu, Selasa.
IAIN Palu sebelumnya telah melaksanakan penyuluhan agama kepada 260 narapidana Kelas II Donggala berlangsung di Lapas Kelas II A Palu selama dua pekan.
Puncak dari pelaksanaan penyuluhan itu dilaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 2019, di Lapas Kelas II A Palu, Selasa (26/11) diikuti tahanan Lapas Palu dan Donggala.
Menueur Sagaf Pettalongi, pembinaan mental spiritual narapidana, merupakan satu bentuk kegiatan yang menjadi fokus IAIN Palu dalam mengabdi kepada masyarakat.
“Pengabdian ini penting dilakukan, dan pembinaan kepada masyarakat harus terus dilakukan dan ditingkatkan, dalam rangka membentuk mental spiritual dan moral masyarakat untuk selalu menjadi pribadi yang baik,” ujarnya.
Guru Besar Manajemen Pendidikan itu mengemukakan setiap manusia tidak pernah luput dari ujian dan cobaan, karena itu ada dua kata kunci yaitu sabar dan shalat atau doa.
“Dengan bersabar dan berdoa kepada Allah Insya Allah ada hikmah yang akan kita dapat atau kita peroleh di kemudian hari,” katanya.
Di hadapan para napi, ia mengatakan bahwa kehidupan ini tidak terlepas dari skenario Allah SWT, artinya ada jalan yang telah ditentukan dan ada hikmah dari setiap skenario itu.
“Kita semua akan memperoleh hikbah yang besar itu, kalau dilalui dengan sabar dan banyak berdoa kepada Allah atau mendirikan shalat,” katanya.
Dalam Islam, kata dia, semua kegiatan yang kita jalani harus kita yakini bahwa akhirnya berujung pada khusnul khatimah, atau berakhir dengan akhirat yang baik atau satu kebajikan.
“Kita semua berharap demikian, jadi jangan putus asa dan jangan melihat bahwa ini adalah satu siksaan. Tapi lihatlan bahwa ini adalah perjalanan hidup yang tidak terlepas dari takdir Allah, agar kita semua dapat mengambil hikmah dari perbuatan kita,” katanya. [Eko Priyanto]
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin