Jakarta, Aktual.com – Ahmad bin Muhammad bin Sahl bin Atha’ al-Adami atau yang dikenal seSufiagai Ibnu Atha’ adalah salah satu dari sufi yang terkenal pada keempat Hijriyah di Baghdad. Al-Adami dinisbahkan kepada daerah tempat lahirnya di Adam, Baghdad.

Dalam jalur tasawuf atau tarekatnya, ia banyak dipengaruhi oleh Imam Junaid al-Baghdadi. Terkait dengan tahun kelahirannya, beberapa kitab tidak menyebutkannya akan tetapi terkait tahun kematiannya beberapa ulama mengatakan bahwa ia meninggal pada tahun 309 H.

Dalam suatu kisah, beliau pernah dirampok disuatu perjalanan bersama dengan anak-anaknya. Beliau memiliki sepuluh anak yang cerdas, dan juga tampan-tampan. Ia bersama dengan anak-anaknya sedang berjalan di suatu gurun. Tiba-tiba datang sekelompok perampok ingin mencuri barang-barang serta harta yang dibawa oleh mereka.

Tidak berhenti disitu, kawanan perampok tersebut juga membunuh anak-anak Ibnu Atha’, satu persatu dihabisi oleh mereka. Sementara Ibnu Atha’ melihat apa yang dilakukan oleh kawanan perampok sambil tertawa.

Ketika tersisa satu anak lagi yang belum dibunuh, sang anak heran kenapa ayahnya hanya tertawa melihat anak-anaknya dibunuh, seharusnya ia sedih. Ia bertanya, “Wahai ayah, engkau tidak memiliki perasaan? Seluruh anak-anakmu dibunuh, sedangkan aku yang selanjutnya akan dibunuh sedangkan engaku hanya tertawa saja,” ujar sang anak.

“Wahai anakku, apa yang kau bicarakan? Aku tak bisa melawan kehendak Allah SWT, Allah Maha Perkasa sedangkan aku ini hanya hamba yang lemah dan Allah SWT juga yang mampu menghentikan perbuatan keji kawanan perampok itu,” kata Ibnu Atha’.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Syekh Ibnu Atha’, kawanan perampok tersebut tercengang dan menyesali perbuatannya. Mereka berkata, “Wahai Syekh, kenapa engkau tidak mengatakan hal itu daritadi? Jikalau kau mengatakan itu dari awal kami tidak akan melakukan perbuatan keji ini,”

Itulah kisah dari sang Syekh besar, ia mengakui bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa melainkan hanya Allah SWT yang mampu berkehendak.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnian)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra