Jakarta, Aktual.com – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini menyatakan terdapat peluang bagus bagi sektor informasi dan komunikasi di tengah masa krisis akibat pandemi COVID-19.
“Hampir keseluruhan sektor mengalami pertumbuhan negatif tapi sebenarnya krisis itu menciptakan peluang,“ katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis(6/8).
Didik menyebutkan Indonesia mempunyai peluang dari sektor informasi dan komunikasi karena telah ada faktor pendorong seperti siapnya Palapa ring yang didukung oleh perusahaan Teknologi Informasi (TI).
“Palapa ring sudah siap dan didukung perusahaan IT lalu disebarkan melalui tiang listrik. Itu yang disebut revolusi tiang listrik,” ujarnya.
Di sisi lain, Didik mengatakan peluang besar dari sektor informasi dan komunikasi untuk tumbuh pesat di tengah tertekannya sektor transportasi dan akomodasi ini tidak dimaksimalkan.
“Sektor transportasi, akomodasi, dan lain-lain negatif tapi saya melihat peluang yang sebenarnya bagus di sektor informasi dan komunikasi,” katanya.
Ia menyebutkan salah satu penyebab peluang dari sektor informasi dan komunikasi tergerus adalah kurang maksimalnya inovasi yang dilakukan pemerintah selama masa pandemi.
Didik menyarankan agar pemerintah memaksimalkan Palapa Ring dan memberikan diskon terhadap tiang-tiang listrik kepada perusahaan TI sehingga jaringan dapat dikembangkan ke seluruh pelosok Indonesia.
“Tiang listrik itu dipatok mahal sekali. Sekarang dikasih gratis saja atau didiskon separuh atau disubsidi pemerintah karena tingkat elektrifikasi dari listrik itu sudah 90 persen,” katanya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor informasi dan komunikasi masih mampu tumbuh positif di triwulan II tahun ini yaitu 10,88 persen.
Sementara itu, sektor lain yang merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi seperti industri pengolahan minus 6,19 persen dan perdagangan minus 7,57 persen.
Kemudian konstruksi minus 5,39 persen, pertambangan minus 2,72 persen, administrasi pemerintahan minus 3,11 persen, serta transportasi dan pergudangan minus 30,84 persen.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32 persen pada triwulan II 2020 yang pertama kalinya sejak triwulan I 1999 sebesar minus 6,13 persen.(Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Warto'i