# Data Bank Indonesia
Bank Indonesia mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2018 mencapai USD357,5 miliar yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral yakni sebesar USD183,4 miliar, serta utang swasta sebesar USD174,2 miliar. ULN Indonesia per akhir Januari 2018 tersebut tumbuh sebesar 10,3% (yoy).

ULN pemerintah pada akhir Januari 2018 tersebut terdiri dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) yang dimiliki oleh asing/non-residen sebesar USD124,5 miliar dan pinjaman kreditur asing sebesar USD55,7 miliar. ULN pemerintah diprioritaskan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, antara lain berupa belanja infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial, serta untuk menunjang kemampuan membayar ULN tersebut.

Struktur ULN pemerintah jangka panjang pada Januari 2018 mencapai sekitar 98% dari total ULN pemerintah. Sedangkan ULN swasta pada akhir Januari 2018 terutama dimiliki oleh sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2%, relatif sama dengan pangsa pada periode sebelumnya. Pertumbuhan ULN secara tahunan di sektor keuangan tercatat meningkat, sementara pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan.

Perkembangan ULN total apabila dilihat dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2018 tercatat di kisaran 34%. Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir Januari 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 85,9% dari total ULN.

Berdasarkan posisi utang pemerintah menurut sektor ekonomi, Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib menduduki peringkat tertinggi. Pada 2016 posisi utang mencapai USD106.129 juta, kemudian meningkat pada akhir 2017 mencapai USD128.067 juta. Nilai tersebut berbeda jauh apabila dibandingkan dengan industri pengolahan yang pada tahun 2016 mencapai USD34.818 juta meningkat menjadi USD36.473 pada 2017.

Untuk Posisi utang pemerintah menurut jenis mata uang, dolar amerika serikat menduduki peringkat pertama disusul utang dalam bentuk rupiah dan yen. Pada 2016, utang berbentuk dolar mencapai USD221.301 juta meningkat sekitarUSD16 juta menjadi USD237.401 juta pada Desember 2017. Nilai tersebut jauh terpaut dengan utang rupiah dikisaran USD69.730 juta di 2017.

Sedangkan posisi ULN menurut kreditor tertinggi masih ke negara Amerika Serikat sekitar USD179.672 juta di 2017. Justru negara kreditor Singapura menduduki posisi kedua dengan nilai USD53.986 juta.

Terkait dengan posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2018, Bank Indonesia mencatatkan penurunan USD3,92 miliar atau sekitar Rp53 triliun (kurs Rp13.500) dengan posisi akhir Januari 2018 USD131,98 miliar ke posisi USD128,06 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Penurunan cadangan devisa pada Februari 2018 tersebut terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Di samping itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi menurunnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk..

Bank Indonesia juga mencatatkan pada kuartal keempat 2017 nilai ekspor mencapai USD210.005 juta dan GDP mencapai USD1.015.565 juta.

Selanjutnya, # Sri Mulyani Merespon

Artikel ini ditulis oleh:

Eka