Oleh karena itu, pantaskah kiranya suara keresahan publik dalam bentuk kritik atas utang negara dirasa oleh pemerintah sebagai upaya politis dan pembusukan terhadap pemerintahan Jokowi? Yang pasti tentunya Indonesia tidak boleh terjerembab kembali dalam kegelapan krisis yang merugikan multi dimensi. Karena itu, meskipun pemerintah memiliki kepercayaan diri dalam pengendalian utang layaknya seperti yang dirasakan rezim orde baru, tetap dibutuhkan sebuah kewaspadaan dan kehati-hatian.

Naasnya, sebagian besar masyarakat hanya tahu, harga kebutuhan pokok seperti beras, cabai, daging, ayam, telor bahkan BBM, listrik dan elpiji terus meningkat. Sedangkan pendapatan tidak bertambah dan cenderung terjadi pengurangan tenaga kerja di sektor formal. Lalu, kemanakah larinya uang tersebut? Apakah hanya satu persen orang kaya saja yang paling menikmati?

Penulis: Ismed Eka dan Dadangsah

Artikel ini ditulis oleh:

Eka