Langkah raksasa dimulai dengan mengadakan kontak untuk penjajagan dengan semua negara-negara Asia-Afrika, baik per kawat ke dubes-dubes Indonesia di luar negeri, maupun dengan lisan dan nota dengan para dubes negara-negara A-A di Jakarta. Hasilnya tidak mengecewakan.

Reaksi sementara yang masuk pada umumnya sangat mendukung. Tinggal masalahnya bagaimana meyakinkan kembali para pemimpin Konferensi Kolombo, terutama PM Nehru yang besar pengaruhnya di kalangan negara-negara A-A, agar tidak lagi ragu-ragu.

Untuk meyakinkan dukungan para pemimpin Konferensi Kolombo, PM Ali memerlukan berkunjung ke New Delhi pada akhir September 1954. Mendengar tanggapan yang masuk atas rencana Konferensi A-A itu, PM Nehru menjadi antusias. Kedua Perdana Menteri mengeluarkan Joint Statement pada 25 September 1954, di New Delhi: “Kedua Perdana Menteri membicarakan juga usul untuk mengadakan Konferensi A-A, dan mereka berdua sependapat bahwa konferensi demikian sangat perlu, dan akan sangat membantu usaha memperkokoh perdamaian dunia. Seyogianya Konferensi itu diadakan selekas mungkin.”

Dalam Joint Statement itu juga ditambahkan tentang perlunya pada Panca Perdana Menteri Konferensi Kolombo bertemu sekali lagi, dengan tempat seyogianya di Jakarta. PM Ali juga terbang ke Rangoon (Burma) untuk bertemu dengan PM U Nu, dan berhasil mengeluarkan pernyataan bersama yang senada pada 28 September 1954.

Tentang rencana pertemuan kembali para Panca Perdana Menteri sebelum Konferensi A-A dilaksanakan mendapatkan kepastian dari PM Sir John Kotelawala, yang dalam bulan Desember 1954 akan berkunjung ke Amerika Serikat. Pada perjalanan pulangnya, beliau bersedia untuk singgah di Indonesia untuk bersama-sama berjumpa dengan para PM yang lain.

Pertemuan pada akhirnya dilaksanakan di Istana Bogor pada 28-29 Desember 1954. Pada pidato pembukaan (28 Desember; jam 14.30), PM Ali antara lain melaporkan bahwa dari 14 negara yang telah dijajagi Indonesia (Afghanistan, Mesir, Ethiophia, Iran, Iraq, Yordania, Lebanon, Liberia, Libya, Filipina, Saudi Arabia, Syria, Thailand, dan Yaman), 12 negara telah memberikan jawaban positif.

Semua setuju agar Konferensi A-A dapat dilaksanakan selekas mungkin, dan semua setuju tempatnya di Indonesia. Hanya Filipina dan Thailand (dulu Muangthai) yang belum memberikan reaksi. Dilaporkan juga bahwa beberapa negara mengusulkan agar RRC diundang juga. Sedangkan Liberia dan Iraq menganjurkan agar RRC dan Taiwan diundang bersamaan. Beberapa negara lain mengajukan agar Nepal, Tunisia dan Liga Arab diundang. Namun, banyak penolakan terhadap kemungkinan mengundang Israel.

Bersambung

Oleh: Yudi Latif, Chairman Aktual
   

Artikel ini ditulis oleh: