Jakarta, Aktual.com — Industri keramik dan kaca nasional kembali memasuki fase kritis. Utilisasi pabrik yang hanya berada di kisaran 50 persen membuat sektor tableware dan glassware kian tertekan di tengah gempuran produk impor murah yang terus membanjiri pasar domestik.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi yang mengancam keberlangsungan industri berbasis sumber daya lokal ini.
“Kedua subsektor industri ini sebenarnya sangat kuat dan punya potensi besar. Tapi banjir impor membuat utilisasinya tidak bisa optimal,” tegas Menperin Agus saat membuka Twinfest 2025: Pameran Industri Ceramic Tableware dan Glassware di Jakarta, Kamis (11/12).
Menurut data Kemenperin, kapasitas terpasang industri tableware keramik mencapai 250 ribu ton per tahun, namun utilisasi baru menyentuh 52 persen. Kondisi serupa terjadi pada subsektor glassware, yang memiliki kapasitas produksi 740 ribu ton namun utilisasinya hanya 51 persen.
Melihat Ketua ASAKI yang mengangguk saat persoalan impor disebutkan, Menperin menyimpulkan penyebab utamanya cukup jelas. “Saya dapat menyimpulkan bahwa rendahnya utilisasi ini karena memang gempuran produk impor masih sangat mengganggu industri dalam negeri kita,” ujarnya.
Meski pangsa pasar domestik produk keramik sudah mencapai 78 persen, Menperin menilai konsumsi per kapita di Indonesia masih rendah sehingga ruang pertumbuhan tetap harus dijaga. Sementara untuk subsektor glassware, pangsa pasar di dalam negeri hanya 65 persen, dengan nilai ekspor 2024 mencapai USD 97 juta.
Menperin memperingatkan ancaman peningkatan impor dalam beberapa tahun ke depan. “Kita harus waspada terhadap penetrasi bahkan lonjakan impor produk sejenis,” katanya.
Untuk meredam tekanan impor dan mengangkat utilisasi pabrik, Kemenperin menyiapkan langkah strategis: SNI wajib, kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) USD 7 per MMBTU, percepatan sertifikasi halal, dan penguatan program P3DN.
Agus juga menegaskan bahwa masalah impor ilegal sudah mulai merusak pasar. “Kami mendapat laporan masuknya produk kabel impor tidak ber-SNI, bahkan sampai ke meja pemerintah. Ini sangat serius,” tegasnya. Ia meminta industri melaporkan semua dugaan pelanggaran agar Kemenperin dapat melakukan penindakan cepat.
Menutup sambutannya, Menperin mendorong pelaku industri keramik dan kaca mempercepat transformasi melalui teknologi, digitalisasi, inovasi desain, dan produksi berkelanjutan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Tetap perkuat inovasi dan soliditas. Industri ini bisa tumbuh jika kita bergerak bersama,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi

















