Dalam konteks lalu lintas perdagangan itu, peran kawasan-kawasan di bagian selatan pulau Jawa yang memiliki potensi sumberdaya alam melimpah menjadi sangat penting. DIY yang memiliki 126 kilometer garis pantai (tiga kabupaten) dinilai bakal memiliki posisi strategis dalam hiruk pikuk perekonomian di Samudera Hindia.
“Secara eksplisit, Yogyakarta akan bertindak secara aktif mengisi kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat oleh Pemerintah Indonesia dalam kerangka perjanjian IORA untuk mengembangkan wilayah Yogyakarta bagian selatan,” kata Sultan.
Kedua, fenomena Kra-Canal (Thai-Canal Project) atau Terusan Kra di Thailand. Adalah suatu proyek terusan raksasa serupa Terusan Suez dan Terusan Panama yang akan menyudet leher semenanjung Thailand-Malaysia demi menghubungkan perairan Laut Andaman dan perairan Teluk Thailand.
Tujuannya, untuk memperpendek jarak pelayaran dari belahan bumi bagian barat ke negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan China. Januari 2017, raja baru Thailand Vajiralongkorn telah mengindikasikan proyek ini akan segera dibangun, sebagaimana sesuai dengan konsep ‘Jalur Sutera Maritim Abad 21’ milik China.
Dampak dari Kra-Canal terhadap peta intensitas pelayaran di perairan Asia Timur dan Asia Tenggara bagi Sultan tentu akan sangat berarti. Khusus untuk perairan Indonesia, bakal berdampak pada naiknya intensitas pelayaran di ALKI-II (Alur Laut Kepulauan Indonesia-II) yang mencakup Laut Sulawesi, Selat Makasar, Laut Flores dan Selat Lombok.
Artikel ini ditulis oleh:
Nelson Nafis
Wisnu