Jakarta, Aktual.com – Syech Dr Yusri Rushdy dalam khotbahnya pada hari Jumat, 12 Agustus 20016/9 Dzulqadah 1437, di Masjid Muqotom Kairo Mesir mengatakan bahwasannya dalam menjaga amalan ibadah agar selalu istiqomah dalam pelaksanaannya meskipun dalam pelaksanaan tersebut tidaklah mudah. Lalu bagaimanakah cara untuk mencapainya ?
Beliau menyampaikan bahwa dalam banyak riwayat Nabi SAW menyiratkan kita untuk banyak melakukan shalat dan mempersenjatai anggota badan kita dengan wudlu, sebagaimana dalam ungkapan ulama salaf:
َاْلوُضُوءُ سِلاَحُ الْمُؤُمِنِ
“Wudlu adalah senjata orang mukmin ( Syech Ahmad Az-Zarruq, Kitab Nasihah Kafiyah:Bab At-toharah)”
Mengapa disebut sebagai senjata? menurut Syech Yusri bahwa dengan memiliki wudlu, seorang mukmin dapat melakukan shalat dimanapun Ia berada.
Selain itu, Syech Yusri menambahkan bahwa dalam beribadah seseorang jangan berlebihan maupun menyedikitkan aktivitas ibadahnya dari batasan yang normal.
Karena dengan berlebihan/memaksakan diri akan menyebabkan lesu atau jemu dan sebaliknya dengan menyedikitkan/mengurangi amalan ibadah, seorang mukmin akan berpotensi untuk berbuat maksiat ( tidak memenuhi kewajibannya kepada Allah SWT) .
Dengan demikian, istiqomah hanya akan tercapai dengan cara terus menerus melakukan amalan ibadah sesuai standar normal (yang dicontohkan oleh Nabi SAW).
Apabila kita beribadah secara berlebihan maka tidak akan mampu bertahan lama dalam pelaksanaannya dan tidak sesuai dengan prinsip Nabi SAW yang telah Allah SWT gariskan di dalam Al Quran :
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ
“….dan aku (Rasulullah SAW ) bukanlah termasuk orang orang yang memaksakan/memberat-beratkan (QS: Shaad/38 ayat 86)”.
Syech Yusri melanjutkan bahwa dengan larangan berlebihan dalam beribadah kepada Allah SWT, secara tegas diutarakan Nabi SAW kepada para sahabat nabi SAW, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik RA :
جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا، فَقَالُوا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: «أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi SAW dan bertanya tentang ibadah Nabi SAW. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah SAW, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya.” Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, maka sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya.” Kemudian datanglah Rasulullah SAW kepada mereka seraya bertanya: “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci terhadap sunnahku, maka bukanlah dari golongan umatku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain hadist diatas, Sahabat Anas bin Malik RA juga meriwayatkan sabda Nabi SAW :
دخل النبي ضلى الله عليه وسلم المسجد فإذا حبل ممدود بين الساريتين ، فقال ما هذا الحبل ، قالوا هذا حبل لزينب فإذا فترت تعلقت به ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : حلوه ليصل أحدكم نشاطه فإذا فتر فليرقد
“Nabi SAW masuk ke dalam masjid kemudian beliau mendapatkan tali yang terpasang memanjang di antara dua tiang, beliau lantas bertanya, ‘Tali apakah ini?’ Para shahabat menjawab, Tali ini dipasang oleh Zainab, jika dia merasa letih (dalam shalat) ia berpegangan dengan tali itu’.lalu Nabi SAWbersabda, ‘Lepaskanlah tali itu. Seseorang di antara kalian hendaknya shalat dalam keadaan segar( disesuaikan dengan kondisi kebugarannya), bila ia merasa letih hendaklah tidur saja’.” (HR:Bukhori dan Muslim).
Bersambung…
(Deden Sajidin)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid