Jakarta, Aktual.co — Rentetan aksi unjukrasa menolak kenaikan harga BBM yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kerap diwarnai bentrokan antara Mahasiswa dan aparat kepolisian.

Bahkan, seorang warga sipil bernama Muhammad Arief (18) pun tewas saat polisi mencoba membubarkan aksi mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, dengan menggunakan kendaraan kepolisian, pada Kamis, (27/11) sore.

Terkait hal tersebut, Koordinator Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mendesak Komisi III (Hukum) DPR RI dan Komnas HAM segera menurunkan tim investigasi untuk menelisik penyebab tewasnya Muhammad Arif. Dia menilai, Polri terlalu arogan dan represif dalam penanganan aksi demonstrasi.

“Polisi dalam tangani aksi demo itu arogan. Jadi cara-cara represif, arogan, ini yang perlu dikritisi semua pihak,” tegasnya kepada Aktual.co di Jakarta, Sabtu (29/11).

Dia menjelaskan, DPR dan Komnas Ham harus membentuk tim independen agar kasus tersebut dapat terungkap kebenarannya. Apakah korban tewas karena terlindas watercannon atau terinjak-injak masa dan terkena benda tumpul.

“Untuk itu Komnas Ham dan Komisi III DPR untuk menurunkan tim untuk menelusuri dan menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi. Apa dia (Arif) meninggal karena korban ditabrak atau di lindas atau hal hal lain. Ini yang harus dijelaskan supaya clear semuanya,” jelasnya.

Menurut Neta, hal itu sangat penting untuk di klarifikasi, dia khawatir bahwa korban bukan pengunjuk rasa, melainkan warga setempat yang hanya menyaksikan demo para mahasiswa. “Harus bisa dipastikan dia (Arief) ikut aksi demo atau tidak, dia bisa masyarakat sipil yang nonton aksi itu,” ungkapnya.

Selain itu, Neta juga sangat miris atas peristiwa pemukulan mahasiswa hingga ke dalam mushala di Pekanbaru, Riau. Kala itu, polisi membubarkan aksi mahasiswa yang berdemo menolak kedatangan Presiden Joko Widodo ke Riau.

“Bahkan di Pekanbaru juga, memasuki mesjid tanpa buka alas kaki sepatu, bahkan di Makasar  polisi tembaki mushala, dengan gas air mata, mahasiswa yang bersembunyi, jadi cara-cara represif, arogan ini yang sangat perlu dikritisi,” sesalnya.

Sebelumnya, beredar informasi mengenai terlindasnya seorang warga Pampang Makassar yang diketahui bernama Ari atau Muhammad Arief (18). Namun, kabar tersebut langsung ditepis oleh Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Komisaris Besar Endi Sutendi.

Endi mengatakan, Arief yang sehari-hari menjadi ‘Pak Ogah’ atau pengatur lalu lintas terjebak dalam kerumunan massa saat polisi membubarkan pengunjuk rasa dengan gas air mata dan watercannon.

Arief terjatuh dengan keadaan kepala terbentur aspal serta terinjak oleh pengunjuk rasa. Korban pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina. Sayangnya, korban akhirnya meninggal dunia karena luka yang dialami. Unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi itu dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Kamis, (27/11) sore.

Artikel ini ditulis oleh: