Teheran, Aktual.com – Iran mengklaim telah berhasil menembak jatuh jet tempur siluman F-35I Israel keempat, yang diduga dicegat oleh sistem pertahanan udaranya di atas Tabriz, Iran barat laut. Sebelumnya tiga jet tempur dari jenis yang sama diklaim telah ditembak jatuh penangkis udara Iran, bahkan dua orang pilot, yang diantaranya seorang pilot wanita Israel kini ditahan militer Iran.
Dilansir dari Defence Security Asia, laporan yang disampaikan lembaga penyiaran pemerintah Iran, Press TV, jet tempur generasi kelima itu jatuh saat mencoba melakukan serangan udara di ketinggian tinggi terhadap instalasi militer dekat Tabriz. Namun militer Iran menggunakan sistem deteksi dan intersepsi canggih dari jaringan pertahanan udara Iran yang berlapis dan semakin dalam.
Teheran memuji keterlibatan tersebut sebagai bukti arsitektur pertahanan udara negara itu yang matang dan beroperasi penuh, yang terdiri dari sistem pertahanan rudal Bavar-373 yang merupakan sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) jarak jauh yang dirancang untuk melawan pesawat, rudal jelajah, dan rudal balistik.
Selain sistem pertahanan rudal Bavar-373, Iran juga mengoperasikan sistem rudal pertahanan udara Khordad-15, dan S-300 Rusia, yang diklaim mampu mendeteksi dan menyerang platform siluman seperti F-35, yang sering dijuluki sebagai pesawat tempur paling canggih di dunia.
Angkatan Bersenjata Iran dalam pernyataan resminya mengatakan : ”Kami memegang kendali penuh atas wilayah udara kami. Setiap intrusi musuh akan menghadapi perlawanan yang menentukan dan mematikan.”
Sebelumnya, pada serangan awal militer Israel ke Iran pada Jumat (13/6) satu jet F-35 dilaporkan jatuh dan hancur, ketika jet tersebut menjalankan misi yang menargetkan fasilitas nuklir Natanz di dekat Isfahan. Pasukan khusus Iran mengklaim telah menemukan puing-puing dari lokasi kecelakaan.
Jet F-35 kedua dilaporkan jatuh di dekat Kermanshah, Militer Iran menyebutkan melakukan ”pelacakan multi-spektrum” yang berhasil mengatasi desain siluman F-35.
Jet tempur F-35 ketiga dikatakan ditembak jatuh di atas Bandar Abbas, saat berupaya menyerang fasilitas angkatan laut Iran di pantai selatan dekat Teluk Persia. Kini, F-35 keempat, yang diterbangkan ke Tabriz diklaim juga berhasil ditembak jatuh.
Iran menegaskan bahwa dua pilot Israel saat ini berada dalam tahanan Iran, sementara satu pilot ”dinetralkan” setelah melontarkan diri dari kokpit pesawat. Meskipun belum ada bukti visual yang diajukan, Iran bersikeras bahwa ”bukti rahasia” dari semua insiden itu ada.
Untuk diketahui, Israel saat ini merupakan operator jet tempur Generasi kelima jenis F-35 terbesar di luar Amerika Serikat. Israel telah memesan total 75 jet tempur siluman multi peran F-35I Adir (Perkasa), dengan lebih dari 39 jet telah dikirimkan dan secara aktif dioperasikan oleh dua skuadron operasional di Pangkalan Udara Nevatim Israel. Untuk harga satu unit jet tempur F-35 senilai 85 juta dolar AS, atau sekitar Rp 1,37 triliun.
F-351 Adir adalah varian khusus yang dipesan Israel dari negara produsen AS, yang menggabungkan perangkat elektronik dalam negeri Israel, sistem misi, rangkaian peperangan elektronik, dan integrasi senjata. Rudal pada pesawat juga dirancang untuk beroperasi jauh di belakang garis musuh, menembus pertahanan udara yang ketat, dan melancarkan serangan presisi dengan tanda radar minimal.
Jet tersebut juga dilengkapi dengan sensor fusi , sistem tempur berpusat pada jaringan, persenjataan presisi jarak jauh, dan penampang radar lebih kecil dari bola golf , menurut Lockheed Martin.
Namun Iran mengklaim telah menetralisir segala keunggulan jet F-35 itu dengan menggunakan gabungan radar gelombang panjang, triangulasi sinyal, sistem pelacakan optik, dan sektor pertahanan yang tumpang tindih, yang dilaporkan dikembangkan melalui kerja sama dengan mitra regional dan internasional.
Sementara itu, Kolonel Avichay Adraee selaku juru bicara divisi bahasa Arab dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menampik laporan Iran tersebut dengan menyebutnya sebagai disinformasi. ”Media Iran palsu. Berita yang disebarkan oleh media Iran ini sama sekali tidak berdasar,” lontar Adraee.
(Indra Bonaparte)