ISIS Adalah Sebuah 'False Flag Operation' (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com —  Dalam skema perang persepsi, Amerika Serikat dan dunia barat sengaja membentuk sebuah skenario untuk memojokkan Islam. Dua karya Huntington dijadikan corong dan pembentuk opini publik yang membawa pesan sponsor dari Pentagon dan think-thank-nya yang bernama Rand Corporation. Selain untuk menstigma kebangkitan radikalisme Islam di Indonesia dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, pada saat yang sama akan memicu konflik internal antar berbagai mahzab di kalangan kelompok-kelompok Islam, yang selama ini hidup berdampingan secara damai dan harmonis.

Bagaimana Asal-Muasal ISIS Terbentuk? Analis Geopolitik Hendrajit mengungkapkan ada delapan skenario pembentukan ISIS.

“Pertama, pernah dengar yang namanya Strategi Sarang Lebah? Mari kita telisik fakta-fakta berikut ini, dan setelah itu silahkan menyimpulkan sendiri. Adalah mantan karyawan National Security Agency (NSA) milik Amerika Serikat, Edward Snowdeen mengungkapkan bahwa intelijen Inggris (MI6), Amerika Serikat(CIA) dan Israel (Mossad) bekerjasama membentuk gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Islamic State (IS),” ujar Hendrajit ditulis Aktual, Rabu (18/11).

Kedua, lanjutnya, mengutip berita yang dilansir situs globalresearch.ca, Jumat 1 Agustus 2014, Snowdeen mengatakan badan intelijen dari ketiga negara ini menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstrimis dunia ke satu tempat. Mereka menggunakan strategi yang disebut Sarang Lebah.

Ketiga, Dokumen NSA menunjukan implementasi strategi Sarang Lebah untuk melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

“Data tersebut juga mengungkapkan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pernah mengikuti pelatihan militer intensif selama satu tahun di tangan Mossad, selain program dalam theologi dan seni berbicara,” ungkapnya.

Maka tak salah lagi, bergulirnya isu keberadaan ISIS (IS) sejatinya merupakan reinkarnasi dari keberadaan kelompok teroris jadi-jadian kreasi CIA semacam Al-Qaeda seperti di era kepresidenan Bush 2000-2008.

“Amerika Serikat, Inggris dan Israel berkeinginan penerapan strategi Sarang Lebah bisa menjaring kelompok-kelompok Islam radikal agar berkumpul di satu tempat yang sama. Sehingga mudah dikendalikan dan dijinakkan melalui kerangka operasi intelijen yang dilancarkan ketiga negara tersebut yang kerap dikenal dengan sebutan False Flag Operation (Operasi Bendera Palsu),” tegasnya.

Dalam False Flag Operation ini, lanjutnya, kelompok-kelompok Islam beranggapan bahwa mereka sedang menjalankan misi suci keagamaannya secara independen dan bertujuan untuk menghadapi negara-negara adidaya yang mereka pandang anti Islam.

“Namun pada prakteknya, gerakan mereka sepenuhnya berada dalam kendali dan pengawasan dari agen-agen intelijen MI6-CIA-Mossad; sehingga gerakan kelompok-kelompok Islam radikal tersebut justru kontra produktif bagi citra dan kredibilitas kelompok-kelompok Islam yang bersangkutan, bahkan membawa citra buruk bagi umat Islam pada umumnya,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka