Calon Gubernur Banten nomor urut dua Rano Karno (tengah) berbincang dengan para pengurus DPW NU Banten dalam rangkaian Safari Kampanye di Serang, Banten, Rabu (14/12). Bila terpilih Rano berjanji akan memberi perhatian lebih besar untuk membantu perbaikan sarana Pondok Pesantren Salafi dan sekolah madrasah. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww/1.6

Jakarta, Aktual.com – Pelaksanaan pemungutan suara Pilkada Banten tinggal menghitung hari. Rupanya, isu-isu yang muncul dan dicerna oleh pemilih bisa berpengaruh serta dapat mengubah dukungan mereka pada paslon yang ada.

Menurut Husnul Khotimah dari dari Kelompok Diskusi Demokrasi Digital Indonesia (KoD3 Indonesia) pelaksanaan Pilkada Banten sekarang lebih seru dari pilkada Banten 5 tahun yang lalu.

Hanya saja lanjut dia, suhu Pikada Banten tenggelam oleh berisik dan hingar bingarnya pilkada tetangga sebelah.

“Dilihat dari banyaknya perbincangan di sosial media, pilkada Banten ini menempati urutan kedua dalam hal pembicaraan oleh netizen,” kata Husnul dalam siaran persnya, Sabtu (14/1).

Husnul mengatakan isu paling banyak dibicarakan di Pilkada Banten adalah soal korupsi dan dinasti. “Pembicaraan mengenai adanya cagub Banten yang dibidik KPK menempati posisi paling menarik perhatian netizen,” terang dia.

Menurut Husnul, hal tersebut karena isu yang diduga melibatkan salah satu calon gubernur yaitu Rano Karno pertama diungkap oleh Ketua KPK Agus Raharjo. Dari pengamatan dia isu ini cukup merugikan calon yang diusung PDIP tersebut.

Profesional bidang pemantauan perbincangan netizen di sosial media ini juga menyatakan bahwa isu penerimaan gratifikasi dan korupsi oleh Rano Karno sesungguhnya mudah dicari di mesin pencari seperti google.

Ia bahkan memraktekkan secara online dengan menulis keyword korupsi Banten. “Bisa kita lihat langsung, tampil di layar berbagai berita dari link situs berita resmi nasional maupun abal-abal mengenai isu Rano menerima dana dari Wawan, bahkan ada yang berbentuk fakta hukum persidangan,” pungkasnya.

Sementara itu Octarina Soebardjo dari Stratakindo menjelaskan bahwa isu Rano menerima aliran dana dari Wawan ini cukup menggerus tingkat keperayaan publik kepada dirinya. Elektabilitasnya melorot dari waktu ke waktu.

Octa menambahkan, jika semua lembaga yang melakukan survei berkala di Pilkada Banten mengumunkan secara jantan hasil surveinya kepada publik, kurva menurunnya elektabilitas ini akan terungkap.

“Tracking survei Stratakindo menunjukan tren penurunan elektabilitas Rano-Embay secara tajam, dari posisi di atas lima pulih persenan pada awal tahun, turun sampai ke angka tiga puluh enam persenan di akhir tahun 2016,” ungkapnya.

Octa mengamini analisis Hunsul, bahwa isu korupsi Rano Karno telah menggerus kepercayaan pemilih kepadanya. Octa juga menjelaskan secara personal Rano lebih dikenal dari pada WH tetapi dari sisi tingkat keyakinan dan kepercayaan publik pada dua figur itu, WH lebih unggul.

“Publik meyakini dan percaya WH lebih berpengalaman dan mampu membawa Banten lebih baik,” kata Octarina.(Fadlan Syiam Butho)

Artikel ini ditulis oleh: