Lebih ironis lagi, beberapa bulan lalu sebanyak 18 pabrik gula nasional milik BUMN di tutup oleh pihak kepolisian dan Kementerian Perdagangan karena tidak sesui standar nasional Indonesia (SNI)
“Ini baru pertamakali terjadi dalam sejarah, karena produksi gula dari pabrik gula milik BUMN tersebut tidak sesuai standar nasional (SNI),” katanya.
Tidak hanya itu, pada holding Semen juga mengalami nasip yang sama, terlihat pada tahun 2012 penguasaan pasar domestik atau market share BUMN semen mencapai 48 persen, namun setelah holding malah menukik drastis.
“Setelah holding market share untuk 2016 tinggal 21 persen. Ini bukti bahwa kebijakan holding itu belum tentu baik, market domestik aja turun bagaimana mau menang di pasar regional maupun internasional?” ujarnya.
Sehingga dengan demikian dia memita kepada Presiden Joko-Widodo (Jokowi) agar memerintahkan Menteri Rini Soemarno meninjau ulang holding BUMN baik yang sudah terbentuk maupun yang akan dibentuk.
“Apasih maunya holding kalau begini (makin memburuk)? Kita mengingatkan Presiden Joko Widodo, jangan sampai salah memutuskan pembentukan holding BUMN ini,” pungkas dia.
Dadangsah Dapunta
(Wisnu)