“Tidak boleh menggunakan pakem ekonomi neoliberal. Tidak boleh menggunakan obat dari Bank Dunia,” tegas dia.
Dia menyarankan agar pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara Build Operate Transfer (BOT) dan Build Own Operatie (BOO), revaluasi asset, sekuritisasi asset, dan mendorong mesin pertumbuhan lainya di luar APBN, terutama sentra ekonomi di luar Jawa.
“Kemudian juga pompa daya beli. Selama ini semua pangan di Indonesia itu impor, hal itu yang membuat mahal sekali. Harga gula saja 2 x harga internasional. Harga daging juga 2 x harga dunia, makanya semuanya jadi mahal,” pungkas dia.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby