Semarang, aktual.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memperbaiki sistem pendidikan guna mencegah terulangnya kasus perundungan (bullying) di sekolah.
“Saya tidak ingin ini (perundungan siswi di Kabupaten Purworejo, red) terulang, maka semua sistem pendidikan sekarang kami tinjau dan perbaiki,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Selasa [18/2].
Menurut Ganjar, perundungan siswi di Purworejo beberapa waktu lalu merupakan momentum untuk memperbaiki suatu sistem pendidikan dengan melibatkan semua elemen masyarakat agar bisa merancang sistem yang jauh lebih baik.
Ganjar mengaku setelah penanganan kasus perundungan siswi di Purworejo, dirinya mendapat kritik dan saran dari para pakar serta aktivis.
“Ada yang menyarankan agar siswi korban perundungan di Purworejo tidak dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) dan lebih baik membuat sekolah inklusi, ada juga yang mengkritisi soal SLB yang ada saat ini,” ujarnya.
Terkait perkembangan penanganan perundungan siswi SMP Purworejo, Ganjar berpendapat ketiga pelaku yang masih di bawah umur itu juga harus mendapat perhatian, tidak hanya dilakukan pendampingan terhadap korban.
“Tiga pelaku ini juga anak-anak, tidak boleh dibiarkan. Ternyata cerita di keluarganya luar biasa maka keluarganya juga kami beritahu, juga sekolahnya. Guru di sana juga harus tahu psikologi anak kemudian bagaimana dia bisa memperbaiki situasi ini agar dalam menyelenggarakan pendidikan bisa sesuai dan bertanggung jawab,” katanya.
Terhadap korban perundungan, kata Ganjar, akan terus dilakukan pendampingan, bahkan dalam waktu dekat akan dilakukan psikotes dan juga tes kecerdasan menunggu kondisi korban membaik.
“Korban akan dilakukan pendampingan-pendampingan, nanti akan ada psikotes, kira-kira anak ini nanti akan sekolah di mana. Kami coba dampingi sehingga ia nyaman. Saya juga minta kepada Purworejo, coba nanti dibantu anak ini sekaligus kita jadikan satu laboratorium untuk menyelesaikan persoalan-persoalan senada,” ujar Ganjar.
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mengapresiasi langkah Pengurus Wilayah Muhammadiyah yang sudah mengirim surat serta mengeluarkan pernyataan dan meminta maaf, serta berkomitmen akan melakukan perbaikan.
“Saya kira ini baik, ya, tapi sekali lagi saya ingin ini tidak terulang maka sudah semua sistem kami tinjau dan perbaiki,” katanya.
Kasus perundungan kembali terjadi di sebuah SMP di Kabupaten Purworejo setelah adanya video rekaman yang viral di media sosial pada Rabu (12/2).
Pada video berdurasi 28 detik tersebut, tampak tiga orang siswa laki-laki merundung seorang siswi perempuan yang tidak berdaya serta hanya menundukkan kepala di mejanya sambil menangis.
Artikel ini ditulis oleh:
Eko Priyanto