Mekkah, aktual.com – Abdullah Ibnu Abbas senantiasa menganggap Kota Mekkah sebagai tempat yang sakral dan teramat suci bahkan hingga batas terluarnya.

Maka sepupu Nabi Muhammad dengan nama lengkap Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Quraisy itu merasa tak pantas untuk dimakamkan di Mekkah ketika meninggal.

Anak dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman dari Rasulullah SAW, itu memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di dataran tinggi Thaif yang terletak sejauh 85 km dari Pusat Kota Mekkah.

Baginya, dimakamkan di tanah dimana 11 syuhada sahabat Nabi yang gugur sahid dalam Perang Hunain di Thaif adalah kehormatan tertinggi.

Ibnu Abbas yang terkenal berpengetahuan luas dan menjadi penurun Bani Abbasiyah itu pun berpesan untuk dimakamkan di sebuah tempat tak jauh dari syuhada perang Hunain dimakamkan. Ia meninggal pada 78 Hijriyah saat berusia 81 tahun.

Sebagai salah satu kerabat dan sahabat kesayangan Nabi, Ibnu Abbas semasa hidupnya banyak menghabiskan waktu bersama Nabi.

Suatu ketika bahkan Ia pernah didekap oleh Nabi Muhammad seraya nabi berdoa, “Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah,” katanya. Hikmah tersebut maksudnya adalah pemahaman terhadap kitab suci Al-Quran.

Sebagai sahabat nabi yang sangat dekat dengan Rasulullah, Ibnu Abbas ini selalu mengiringi Rasulullah kemana pun berada. Ia menyiapkan air wudhu untuk Nabi Muhammad ikut shalat berjamaah dengannya, hingga mengikuti majelis-majelis ilmunya. Dari kedekatan inilah maka Ibnu Abbas banyak meneladani sifat Rasulullah.

Ketika Nabi Muhammad wafat, saat itu Ibnu Abbas baru menginjak usia sekitar 15 atau 16 tahun.

Setelahnya, ketika Rasulullah telah tiada, tetap tidak menjadi kendala bagi Ibnu Abbas untuk terus bersyiar dan memperdalam ilmu agama Islam.

Menghabiskan masa kecilnya bersama Rasulullah SAW, membuat Ibnu Abbas memiliki karakter yang cerdas, bijaksana, lembut, dan mampu menyelesaikan perselisihan.

Karena kedewasaan dan kedalaman pengetahuannya, Ibnu Abbas ini mendapat julukan ‘pemuda yang matang’. Pendapatnya bahkan kerap dilibatkan dalam memecahkan persoalan-persoalan penting negara.

Seiring waktu, Ibnu Abbas juga pernah menjabat sebagai gubernur Bashrah ketika masa kekhalifahan Ali.

Menjadi salah satu orang terdekat nabi, Ibnu Abbas meriwayatkan lebih dari 1.600 hadits. Jumlah tersebut terhitung sebagai jumlah riwayat hadits terbanyak kelima setelah Aisyah. Ia juga turut terlibat berjihad seperti di perang Hunnain, Fath Mekkah, Haji Wada, hingga Perang Jamal dan Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.

Semasa hidupnya Ibnu Abbas dikenal dalam jalur periwayatan hadis, ia juga dikenal dengan banyak julukan antara lain Hibrul Ummah (pemimpin umat), Faqihul Ashr (orang yang paling pandai memahami agama di masanya), Imam Tafsir (ahli tafsir), al-Bahr (lautan karena luasnya ilmu), dan banyak julukan lain.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin