Jakarta, Aktual.co — John FitzgeraldKennedy mungkin termasuk salah satu Presiden Amerika Serikat yang paling terkenal.Menjadi presiden pada usia muda, tampan, berasal dari keluarga terpandang,cerdas, punya cara pandang orisinal, yang sayang sekali meninggal dini sebelumsempat menyelesaikan masa kepresidenannya akibat pembunuhan.

Presidendari Partai Demokrat dan beragama Katolik (bukan agama yang dominan di AS) initerkenal dengan ucapannya, yang sering dikutip di mana-mana. Yaitu, “Jangantanyakan apa yang bisa diberikan negara kepadamu, tetapi tanyakanlah apa yangbisa kau berikan kepada negara.” Pernyataan yang sangat “patriotis.”

Prestasi“JFK,” demikian nama Kennedy sering disingkat (sebagaimana mantan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono terkenal dengan singkatan namanya “SBY”), adalah berhasilmenyelesaikan krisis senjata nuklir dengan Uni Soviet. Waktu itu Soviet dipimpinoleh pimpinan Partai Komunis, Nikita Krushchev. Krushchev sendiri juga tokoh“nyentrik,” karena ketika berpidato di Sidang Umum PBB, dia menggebrak-gebrakpodium dengan sepatunya!

Sovietmenempatkan senjata nuklir di Kuba, yang terletak di “halaman belakang”Amerika, dan hal ini dianggap Washington sebagai ancaman langsung terhadap AS.Kennedy dengan berani mengultimatum Soviet, dan akhirnya Krushchev terpaksamenarik kembali rudal-rudal nuklir itu dari Kuba. Penarikan rudal itu untukmenghindarkan terjadi Perang Dunia III antara AS-Soviet, yang pasti dampaknyaakan sangat mengerikan, karena keduanya memiliki ribuan rudal nuklirantarbenua.

JFK adalahpolitisi yang sangat mengagumi karakter manusia yang paling luhur: keberanian.Dia sampai menulis satu buku yang secara khusus mengulas keberanian sejumlahpolitisi, dalam mempertahankan prinsip yang diperjuangkan. Politisi itubertahan dengan prinsipnya, walaupun bertentangan dengan arus pendapat umum,difitnah, dimusuhi, dan dikecam habis oleh banyak orang. Buku itu diberi judul Profiles in Courage (1955).

Jadi menurutJFK, dunia politik tidaklah 100 persen kotor dan nista, seperti citra yangmungkin dibayangkan sebagian kalangan. Dalam dunia politik, seperti jugapanggung profesi lain, memang ada politisi yang tak berprinsip, korup, dansekadar mencari keuntungan material dari kiprahnya. Namun, juga adapolitisi-politisi yang berjuang tanpa pamrih untuk apa yang diyakininya sebagaikepentingan dan maslahat untuk rakyat.

PolitikIndonesia tidak kekurangan tokoh-tokoh berintegritas dan berkarakter mulia semacamitu. Kita kenal nama-nama seperti: Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Tan Malaka,Haji Agus Salim, Mohamad Natsir, Ki Hadjar Dewantara, dan seterusnya. Namun,sayangnya dalam kondisi Indonesia sekarang, negeri ini seolah-olah sepertimengalami “ketandusan” tokoh-tokoh berkarakter dan berintegritas. Citra duniapolitik adalah dunia yang korup, penuh politik uang, ketiadaan prinsip, di manatujuan menghalalkan semua cara.

Presiden RIterbaru, Joko Widodo (Jokowi), mencanangkan “revolusi mental” untuk membuatperubahan besar-besaran dan mendasar, yang semua harus berangkat dari pembinaankarakter yang luhur dan berintegritas. Karena Jokowi –saat artikel iniditulis– baru menjabat tiga hari di pemerintahan, tentu tidak masuk akalmenuntut sudah terjadi perubahan karakter bangsa yang signifikan.

Jokowi saatini baru pada tahap memberikan hope atauharapan, untuk tercipta masa depan yang lebih baik melalui anak-anak bangsayang berprinsip teguh pada kebenaran, aspirasi rakyat, dan konstitusi.Bagaimana harapan itu bisa diubah menjadi kenyataan, adalah menjadi tantanganbagi kita semua. ***

 

SatrioArismunandar

 

Artikel ini ditulis oleh: