Jakarta, Aktual.co —Presiden Joko Widodo tampaknya perlu merevisi atau memperbaiki pola dan gaya komunikasi politiknya terhadap publik. Itulah kesimpulan yang bisa kita ambil, mengamati berbagai heboh politik di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Dan, perkembangan yang paling akhir adalah kasus peluncuran kerjasama “mobil nasional” (mobnas) di Malaysia, di mana Presiden Jokowi hadir bersama Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Telah muncul polemik di Tanah Air tentang penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara perusahaan asal Indonesia, PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dengan perusahaan otomotif Malaysia, Proton Holding Berhard di Malaysia, Jumat (6 Februari 2015). ACL adalah milik A.M Hendropriyono, tokoh intelijen yang dikenal sebagai pendukung Jokowi dan dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Dalam spanduk yang tertera di event acara itu, memang terlihat kata-kata “national car,” tetapi sejatinya ini adalah kerjasama murni business-to-business. Namun, penandatanganan itu tidak diprakarsai oleh pemerintah RI, apalagi punya keterlibatan khusus.

Sebelum Presiden balik ke Indonesia, Menteri Perindustrian Saleh Husin hari Senin (9 Februari 2015) sudah mengoreksi pemberitaan media. Saleh Husin menegaskan, hingga kini Indonesia belum memutuskan memproduksi mobnas. “Sampai sejauh ini belum pernah ada pembicaraan tentang mobil nasional,” ujar Saleh.

“Penandatanganan MoU itu murni business to business dan dilakukan dalam rangka membuat feasibility study untuk enam bulan ke depan,” kata Saleh. Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya lebih fokus pada meningkatkan kemampuan industri otomotif lokal. “Kami terus berkoordinasi agar industri otomotif yang saat ini ada terus meningkatkan komponen lokalnya,”  tambah Saleh.

Dia menegaskan, pemerintah sama sekali tidak terlibat dalam kesepakatan tersebut. Begitu juga dengan keterlibatan perusahaan pelat merah alias BUMN. “Tidak ada pelibatan unsur pemerintah, baik menggunakan APBN maupun BUMN. Jadi sekali lagi itu murni private to private,” tegas Saleh. 

Sesudah pulang ke Indonesia, Presiden Jokowi menyatakan, ia lebih menjagokan mobil Esemka buatan PT Solo Manufaktur Kreasi ketimbang mobil buatan Perusahaan Otomobil Nasional Malaysia Proton. “Kalau bicara mobil nasional, tentu saja saya akan berbicara Esemka,” katanya di bandara Halim Perdanakusumah, sepulang dari lawatan tiga negara, Selasa (10 Februari 2015).

Mobil Esemka dan Jokowi memang seperti dua hal yang tak terpisahkan. Ketika belum menjadi presiden dan masih berstatus Walikota Solo, mobil Esemka dan proyek mobil nasional adalah isu yang melambungkan nama Jokowi dan mengangkat popularitasnya. Kini, sesudah jadi Presiden RI, isu mobil nasional pula yang mengganggu Jokowi. ***

E-mail: arismunandar.satrio@gmail.com

Artikel ini ditulis oleh: