Presiden Jokowi dan Ibu Iriana meninjau kompleks Apartemen Lipky di Kota Irpin, Ukraina, Rabu (29/06/2022). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo menerima penghargaan Global Citizen Award dari lembaga think-tank Atlantic Council, yang berbasis di Amerika Serikat, dalam rangkaian Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB).

Penghargaan tersebut diberikan setiap tahunnya bagi para pemimpin negara maupun figur-figur individual yang dianggap telah memberikan kontribusi besar bagi kemanusiaan.

Pemberian penghargaan itu pun diapresiasi peneliti senior Maarif Institute, David Krisna Alka. Menurut David, penghargaan yang diterima Jokowi sebagai bentuk apresiasi dunia atas misi kemanusiaan yang dilakukan Jokowi di Ukraina dan Rusia beberapa waktu lalu.

Presiden Jokowi tampil meretas jalan perdamaian dengan mengunjungi kedua negara tersebut, padahal saat itu dua negara tengah bertikai. Penghargaan tersebut juga semakin meneguhkan figur Jokowi sebagai pemimpin yang memiliki kapasitas di dunia internasional.

“Kalau melihat sejarahnya, siapa saja yang pernah mendapatkan penghargaan ini, dapat kita sebut Jokowi telah meneguhkan kepemimpinannya sebagai pemimpin yang diakui kapasitasnya di dunia internasional,” kata David Krisna Alka, Jumat (23/9).

Peneliti Associate The Indonesian Institute itu melanjutkan, apa yang dilaksanakan Jokowi selaras dengan amanat konstitusi khususnya terkait misi perdamaian. Dan, di atas kertas Jokowi sudah membuktikan bahwa dirinya bukanlah jago kandang.

“Jadi Presiden Jokowi tidak hanya jago kandang, akan tetapi juga jago di dunia internasional. Penghargaan yang diterima ini adalah bukti yang shahih,” jelas penulis buku ‘Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Azyumardi Azra, CBE’ yang diluncurkan awal tahun ini.

Ke depan, Maarif Institute menunggu kiprah kepemimpinan Jokowi di dunia internasional. Bukan hanya di Ukraina dan Rusia, melainkan juga di negara lain seperti potensi perang yang kian membesar antara Taiwan dan China.

Besarnya potensi itu mencuat setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi berkunjung ke pulau itu pada awal Agustus lalu. Atas kunjungan itu, Presiden China Xi Jinping dilaporkan memerintahkan militer negaranya untuk mengambil langkah yang jauh lebih agresif, yakni blokade untuk merebut negara pulau itu dengan paksa.

“Catatannya adalah, kita juga menunggu peran Presiden Jokowi tidak hanya di Ukraina, tapi juga dibelahan negara lainnya termasuk di Taiwan. Semua itu perlu kita dorong untuk menciptakan keadaban publik di dunia internasional,” tutur David.

“Saya juga berharap Presiden Jokowi semakin menguatkan peran sebagai tokoh internasional yang menguatkan kemanusiaan sebagai kekuatan utama. Termasuk terkait persoalan keagamaan dengan mengkampanyekan Islam moderat dan Islam jalan tengah yang selama ini dilaksanakan Maarif Institute,” tandasnya.

Sementara, tokoh aktivis 98 Wahab Talaohu mengatakan, Presiden Jokowi sebagai pemimpin negara sebesar Indonesia sangat lihai dan mampu memainkan politik internasional bebas-aktif, dimana tetap aktif dalam membangun kerjasama dan kolaborasi dengan negara-negara raksa ekonomi dunia.

“Padahal di lain sisi ada rivalitas ekonomi yang sangat intens antara Amerika, Uni Eropa, China, Jepang dan Rusia. Namun lewat kepiawaian diplomasi presiden Jokowi, Indonesia tetap dipandang sebagai negara yang netral,” kata tokoh aktivis 98 Wahab Talaohu saat dihubungi, Jumat (23/9).

Menurut Talaohu, bukti kongkrit Jokowi memiliki kemampuan adalah upaya dirinya mendamaikan perang antara Rusia dan Ukraina. Dalam misi itu, Presiden Jokowi langsung datang bertemu dua pemimpin negara tersebut dan disambut baik dan sangat dihormati oleh Rusia dan Ukraina.

“Resolusi menuju jalan perdamaian pun mulai dirintis, hal itu tercermin dari hasil dialog Jokowi dengan Putin dan Zelensky,” ucapnya.

Dikatakan Talaohu, puncak dari kiprah kepiawaian Jokowi adalah pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) yang telah bergulir sejak 1 Desember 2021 hingga pada puncak acara G20 Summit di Bali pada 14-15 November 2022 mendatang. Indonesia di pilih sebagai tuan rumah, karena para pemimpin G20 menaruh kepercayaan penuh pada Presiden Jokowi yang dinilai mampu menjadi teman dan kawan bagi siapa saja.

“Ini sebuah momentum yang sangat penting bukan saja bagi Indonesia tetapi bagi dunia internasional. Karena ini akan menjadi pertemuan G20 pertama setelah pandemic covid-19 melanda dunia. Segala keputusan yang akan lahir pada G20 mendatang akan sangat menentukan masa depan dunia kedepan. Maka menurut kami Presiden Jokowi sangat layak diganjar Penghargaan Global Citizen Award,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu