Pengamat AEPI, Asosiasi Pengamat Ekonomi Indonesia Salamudin Daeng, Wakil Ketua LKKNU, Luluk Nurhamida, Direktur Alvara, Hasanuddin Ali, Dosen FE UI, Berly Martawardaya menjadi narasumber pada acara diskusi di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (23/2/2016). Diskusi tersebut membahas tema "Tak Pa Pa Tolak TPP".

Jakarta, Aktual.com – Beberapa hari lalu Presiden Jokowi memanggil 40 orang Taipan, meminta mereka untuk tidak menyimpan dolarnya di negara lain dan segera membawa uang dolarnya ke Indonesia.

Permintaan Presiden cukup beralasan mengingat banyaknya uang para Taipan yang ditabung di luar negeri hasil berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia. Presiden tampaknya mengacu kepada data tax amnesty bahwa setidaknya ada Rp. 10 ribu triliun dana orang kaya Indonesia tersimpan di luar negeri.

Mengapa pemerintah Jokowi merasa perlu secara langsung dihadapan para Taipan menyampaikan hal ini? Tidak lain karena Indonesia saat ini mengalami kondisi double deficit. Ini yang kemudian disimpulkan oleh Presiden menjadi penyebab badan Indonesia ini menjadi lemah dan sakit.

Oleh karena itu pemerintah merasa perlu gerakan solidaritas dari para Taipan. Atau bahasa kasarnya Taipan jangan mikir diri sendiri.

Apa itu double deficit? Yakni suatu penyakit ekonomi yang ditandai oleh defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) dan sekaligus defisiit dalam anggaran negara/pemerintah (fiscal deficit).

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid