Jakarta, Aktual.com — Sejak pertama kali diluncurkan, layanan jasa ojek ‘online’ Go-Jek sukses menarik minat masyarakat. Layanan berbasis aplikasi ‘e-commerce’ yang menyediakan jasa ojek motor ini bahkan telah mengubah gaya hidup masyarakat yang bermukim di wilayah Jabodetabek.
Kendati demikian sukses, keberadaan Go-Jek bukannya tanpa kendala dan masalah. Persaingan bisnis menyeret Go-Jek dalam perseteruan dan kemelut dengan ojek tradisional hingga Organisasi Angkutan Darat (Organda). Menurutnya, Go-Jek telah melanggar undang-undang LLAJ Nomor 22/2009 tentang Angkutan Umum Orang dan Barang.
Organda bahkan telah meminta Pemprov DKI Jakarta menghentikan wacana ojek dijadikan angkutan umum. Pasalnya, dikaji dari aspek manapun ojek tidak masuk dalam kategori angkutan umum.
Menanggapi kemelut tersebut, Presiden Jokowi mengatakan, ekonomi tradisional Indonesia perlu sentuhan aplikasi yang memang akan memudahkan masyarakat menerima info secepat-cepatnya.
“Go-Jek masih kejar-kejaran sama tukang ojek ya? Memang sebetulnya ekonomi tradisional kita perlu sentuhan aplikasi yang memang akan memudahkan mereka menerima info secepat-cepatnya, saya kira Go-Jek sangat bagus dan sangat kreatif aplikasinya,” ujar Jokowi dalam acara Dialog Komunitas Kreatif di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Selasa (4/8).
Jokowi juga menyatakan setuju dengan investasi bisnis seperti Go-Jek. Ia menilai bisnis yang di buat Nadiem Karim, lulusan Universitas Harvard ini merupakan bentuk pengembangan ekonomi tradisional menjadi ekonomi yang berbasis teknologi.
”Saya sangat menghargai apa yang telah dibuat Go-Jek, dan saya setuju kebebasan investasi di bidang ini dibuka seluas-luasnya agar perkembangan cepat melejit,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: