Jakarta, Aktual.com – Aksi massa yang berlangsung sejak Kamis, 28 Agustus hingga Selasa, 2 September 2025 tak hanya menyisakan kerugian materi karena perusakan, pembakaran dan penjarahan. Aksi kerusuhan yang selalu berujung bentrokan antara aparat keamanan dan pendemo ini juga menimbulkan puluhan orang terluka, baik dari aparat maupun massa aksi.

Bahkan, aksi kerusuhan yang meluas di berbagai kota ini menyebabkan korban jiwa. Tercatat, sedikitnya 10 orang meninggal. 2 orang di Jakarta, 4 orang di Makassar, 1 orang di Yogyakarta, 1 orang di Solo, 1 orang di Manokwari, dan 1 orang di Semarang.

Dari aksi yang awalnya bentuk protes terhadap kenaikan tunjangan sewa rumah DPR RI ini, 6 orang melayang nyawanya karena sikap represif aparat keamanan. Adapun 4 orang tewas karena terjebak dalam kebakaran yang dilakukan oleh massa aksi. Dan 1 orang diduga salah sasaran.

Baca juga:

Mengapa dan Siapa Di Balik Aksi Anarkis Jelang Satu Tahun Pemerintahan Prabowo?

Mereka yang meninggal ada yang dari mahasiswa, siswa, ojek online (ojol), tukang becak, PNS, hingga Satpol PP. Berikut korban jiwa yang teridentifikasi dilansir dari berbagai sumber pemberitaan.

Jakarta

  1. Affan Kurniawan

Pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, tewas setelah dilindas mobil taktis Brimob Polda Metro Jaya di kawasan Rusun Bendungan Hilir II, Jakarta Pusat, Kamis malam, 28 Agustus 2025. Pria 21 tahun itu terjatuh ketika hendak mengambil ponselnya yang jatuh di tengah kerumunan massa.

“Posisinya di tengah jalan, HP-nya jatuh. Dia mau ambil HP malah keserimpet, itu mobil datang langsung blas (dilindas),” kata Erna dari komunitas ojek online Unit Respons Cepat (URC) Bergerak di rumah duka, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 29 Agustus 2025.

Menurut Erna, Affan sempat mencoba bangun, tapi kendaraan barracuda itu mundur sebentar lalu melaju kencang meninggalkan lokasi. Massa mengejar hingga flyover Kasablanka, sementara Affan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis. “Sampai di IGD masih ada. Lima menit kemudian dicek lagi nadinya sudah enggak ada,” ujarnya.

Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan korban tersungkur dan diangkat sesaat setelah dilindas. Wajahnya berlumuran darah. Dia segera dibopong oleh orang di sekitar dan dinaikkan ke atas motor menuju ambulans. Affan dinyatakan meninggal pukul 19.50 WIB di RSCM.

Baca juga:

Hindari Darurat Militer, Setop Penjarahan!

  1. Andika Luthfi Falah

Siswa asal Desa Pematang, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, meninggal saat ikut demonstrasi menuntut pembubaran DPR di kawasan gedung DPR pada 28 Agustus 2025. Andika, 16, siswa kelas 11 di SMK Negeri 14 itu sempat dirawat intensif di RS Dr Mintoharjo, Jakarta, sebelum meninggal.

Menurut Sugiono, Ketua RT rumah Andika di Puri Bidara Permai, tim medis menjelaskan bahwa Andika terluka berat di kepala akibat benturan benda tumpul.

Keluarga sepakat tak melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Orang tua Andika menyatakan menerima kematian putranya.

Makassar

  1. Syaiful Akbar

Syaiful, 43 tahun, merupakan Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan Ujung Tanah. Ia meninggal di Rumah Sakit Grestelina.

  1. Muhammad Akbar Basri

Fotografer Humas DPRD Kota Makassar. Jenazah Muhammad Akbar Basri alias Abay, 26 tahun, ditemukan tim SAR di lantai tiga gedung DPRD dalam kondisi hangus terbakar. Diduga ia bersembunyi bersama rekannya untuk menghindari amuk massa, namun terperangkap saat api membesar.

  1. Sarinawati

Staf DPRD Kota Makassar yang juga ditemukan tewas di lantai tiga gedung. Sama seperti Abay, wanita berusia 25 tahun ini diduga mencoba menyelamatkan diri dengan bersembunyi, tetapi tak berhasil keluar ketika api melalap bangunan.

Baca juga:

Memburu Dalang: Penumpang Gelap di Balik Kerusuhan Jakarta

4. Rusmadiansyah

Rusmadiansyah bukan mahasiswa yang ikut berunjuk rasa. Ia dikeroyok massa di Jalan Urip Sumoharjo, depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI). Massa menuduh pengemudi ojol itu sebagai intel aparat. Rusmadiansyah, 26 tahun, sempat dibawa ke RSUP OJK Kemenkes RI di kawasan CPI, tapi nyawanya tak tertolong.

Manokwari

  1. Septinus Sesa

Kapolda Papua Barat Inspektur Jenderal Johnny Edison Isir memastikan kepolisian menyelidiki kematian Septinus Sesa saat aksi blokade di kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Manokwari, Kamis malam, 28 Agustus 2025. Penyelidikan melibatkan Komnas HAM, Ombudsman, hingga LBH untuk menjamin transparansi.

Kapolda membantah kabar yang menyebut Septinus meninggal akibat gas air mata. Ia mengklaim, alat pengendali massa itu tidak bersifat mematikan. Ia menegaskan hasil penyelidikan akan dibuka ke publik dan keluarga korban.

Semarang

  1. Iko Juliant Junior

Mahasiswa Unversitas Negeri Semarang, Iko Juliant Junior, tewas di Rumah Sakit Kariadi pada Minggu siang, 31 Agustus 2025. Iko mengalami luka dalam hingga kritis. Dalam kondisi tak sadar, Iko mengigau meminta ampun agar tak dipukuli.

Berdasarkan penelusuran IKA FH Unnes, Iko diantar ke RS Kariadi dalam kondisi kritis oleh polisi pada pukul 11.00, Minggu, 31 Agustus 2025. Iko mengalami kerusakan di bagian organ dalam. Iko meninggal pada hari yang sama pada pukul 15.30. Iko Juliant Junior dimakamkan keesokan harinya.

Berdasarkan foto wajah korban, Naufal mengatakan Iko mengalami lebam di mata dan bibir sobek. “Kami mau minta keterangan dari orang yang memandikan korban.” Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Artanto belum menanggapi upaya konfirmasi soal kematian Iko Julian Junior.

Baca juga:

PBB Desak Penyelidikan atas Dugaan Kekuatan Berlebihan di Indonesia

Yogyakarta

  1. Rheza Sendy Pratama

Rheza Sendy Pratama, mahasiswa semester V Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, tewas dalam kericuhan di kawasan Ring Road Utara, depan Markas Polda DIY, Minggu pagi, 31 Agustus 2025.

Ayahnya, Yoyon Surono, yang memandikan jenazah anaknya, terkejut melihat tubuh Rheza penuh luka. “Leher belakang seperti patah, pelipis bocor, banyak bekas jejak sepatu PDL di dada dan perut, dan memar sabetan di badannya,” kata Yoyon.

Rheza semula berpamitan hanya untuk minum kopi bersama teman. Belakangan ia diduga ikut demo. Ia dibawa ke RSUP dr. Sardjito oleh unit kesehatan kepolisian dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 07.00 WIB.

Polda DIY menjelaskan, pada Sabtu malam 30 Agustus 2025 hingga Ahad pagi 31 Agustus, terjadi penyerangan ke Mako Polda DIY. Sekitar 500 orang melempar batu, petasan, dan bom molotov, serta menarik kawat duri pagar pengaman. Polisi bersama TNI membubarkan massa pada pukul 06.00 WIB karena demonstrasi itu dinilai meresahkan dan menutup jalan ring road. Namun, hingga kini polisi belum menjawab soal tewasnya Rheza.

Solo

  1. Sumari

Kerusuhan di Solo pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, merenggut nyawa Sumari, seorang tukang becak yang sehari-hari mangkal di kawasan Pasar Gede. Dikutip dari Radar Solo, pria asal Pacitan, Jawa Timur, itu ditemukan dalam kondisi lemas di dekat gedung parkir Ketandan ketika bentrokan massa dan polisi memanas di Bundaran Gladak.

Keluarga mengakui Sumari memiliki riwayat penyakit jantung dan asma. Namun, warga sekitar menduga paparan gas air mata yang terbawa angin hingga Pasar Gede ikut memperburuk kondisi kesehatannya. Sejumlah video yang beredar memperlihatkan warga mengevakuasi tubuhnya dengan becak motor.

Artikel ini ditulis oleh:

Eroby Jawi Fahmi