Jakarta, Aktual.com – Komisaris Jenderal (Komjen) Paulus Waterpauw merupakan putra terbaik Papua yang pertama kali meraih jenderal bintang tiga di Kepolisian Republik Indonesia. Terlahir di Bumi Cendrawasih tepatnya di Kota Fakfak 58 tahun silam, Komjen Paulus diangkat menjadi Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, 18 Februari 2021.

Dalam pencapaiannya sebagai Kabaintelkam Polri, Dia sangat bersyukur dan berharap jejaknya itu menginspirasi anak-anak Papua lainnya untuk berprestasi lebih baik lagi dari dirinya.

“Yang pertama bersyukurlah ya, Tuhan memberikan kasih sayang kepada saya lewat kebijakan pimpinan, kebijakan negara sehingga saya dipercaya di sini (Kabaintelkam),” kata Paulus dalam Blak-blakan di detikcom, Jumat (11/6).

Dengan rendah hati, lulusan Akpol 1987 itu mengibaratkan dirinya sebagai pion bagi masyarakat Papua. Apa yang diraihnya tidak hanya bermanfaat untuk diri pribadi dan keluarga tapi diharapkan juga bagi masyarakat Papua secara luas.

“Saya ini pion, Mas, pionirnya anak-anak papua. Saya membuka jalan dengan menjadi kapolres, wakapolda, kapolda. Menjabat sana, jabat sini. Saya membawa kereta besar anak-anak asli Papua. Jadi biarlah mereka contoh bagi yang mau mencontoh,” ujarnya sembari tertawa kecil.

Dalam penuturannya kepercayaan yang diberikan kepada dirinya saat ini tidaklah didapatkan dengan cara yang mudah. Dirinya mengaku harus harus belajar dan bekerja ekstra 2-3 kali lipat agar bisa bersaing dalam ketatnya persaingan di Korps Bhayangkara.

“Kalau hanya bekerja biasa saja, tenggelam sama yang lain. Itu yang dulu saya lakukan. Anak-anak Papua lainnya pun begitu, harus dengan kesadaran belajar lebih giat dan bekerja lebih keras dua-tiga kali dari teman-teman yang lain,” ujarnya.

Dengan capaian yang telah diraihnya, Paulus Waterpauw tetap merasa posisi dan pangkatnya sekarang sekarang sebagai ujian bagi untuk keberhasilan dirinya dan anak-anak Papua berikutnya. Dia mengaku memilih menjadi polisi mengikuti jejak ayahnya, Ferdinand Waterpauw.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nurman Abdul Rahman