“Kc bilang, dia lagi bongkar beras di toko. Tapi dua truk yang lain enggak tahu ke mana. Dia bilang, tadi malam memang jaraknya berjauh-jauhan di daerah Lubuk Batang. Tapi sampai pagi itu, enggak muncul-muncul,” ujar Gandini di Jakarta, Selasa (26/9).
Gandini kemudian menelepon dua sopir lainnya, LS dan Sm, namun tak kunjung tersambung. Keesokan harinya, 21 Juni 2017, ia baru mengetahui bahwa kedua truknya dirampok. Informasi itu diperoleh dari seorang sopirnya yang lain.
Pelaku disebut menelantarkan kedua sopir dengan tangan terikat dan mata tertutup di daerah Bayunglincir (perbatasan Jambi-Palembang atau sekitar delapan jam dari Palembang).
“Sopir yang dirampok itu baru telepon saya tanggal 21 Juni. Dia telepon suami saya melapor bahwa dirampok. Truk dipepet Avanza dan ditembaki. Tangan dan kakinya lalu diikat dan matanya ditutup. Sopirnya dibuang di tempat yang jauh, begitu dia bilangnya,” ujar Gandini.
Malam itu juga, Tommy, putra Gandini, langsung menuju lokasi untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Lubuk Batang. Namun, laporan ditolak dengan alasan pelapor harus korban alias sopir.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu