Jakarta, aktual.com – Sebuah kebaikan yang senantiasa kita kerjakan akan selalu diikuti dengan kebaikan-kebaikan yang lainnya. Begitu juga dengan keburukan yang kita kerjakan, pasti akan diikuti juga dengan keburukan-keburukan yang lain. Seperti halnya berbohong, sekali saja kita berbohong pasti akan senantiasa berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
Maulana Syekh Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani menjelaskan bahwa amal kebaikan akan menunjukkan kepada amal perbuatan yang lainnya, atau dengan kata lain sebuah amal ibadah adalah buah dari ibadah-ibadah yang telah dilakukan seorang hamba.
Merupakan rahmat Allah Ta’ala kepada hambaNya, bahwa apa yang telah dilakukan oleh seorang hamba dari sebuah kebaikan ketika dalam keadaan kafir, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya apabila ia masuk islam. Sebagaimana amal keburukan yang telah dilakukan dalam keadaan kafir, maka ketika masuk islam Allah akan meleburkannya.
Inilah yang dikatakan oleh baginda rasulullah SAW kepada Amr bin Ash RA:
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya islam melebur apa-apa (dosa-dosa) yag dilakukan sebelumnya, hijrah melebur apa-apa (dosa-dosa) yang dilakukan sebelumnya, dan haji juga melebur apa-apa (dosa-dosa) yang dilakukan sebelumnya,” (HR. Muslim).
Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa Hakim bin Hizam RA berkata kepada baginda Muhammad SAW,
“Wahai rasulallah, katakan kepadaku tentang amal ibadah yang aku lakukan pada masa jahiliyah, seperti silaturrahim, memerdekakan budak, dan bersedekah, apakah aku akan mendapatkan pahala darinya?”
Lalu baginda nabi SAW berkata kepadanya, “Kamu memeluk islam, oleh sebab kebaikan-kebaikan yang telah kamu lakukan,” (HR. Bukhari).
Kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh Hakim bin Hizam pada masa lampaulah yang menunjukkan dan membawa dirinya untuk memeluk agama islam. Orang yang berbuat baik, selamanya akan beruntung, maka berusahalah untuk selalu melakukannya, dalam keadaan apapun, baik untuk kemaslahatan untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain.
“Ketaatan akan menunjukkanmu kepada ketaatan yang lain, sebagaimana kemaksiatan juga akan mengantarkanmu kepada kemaksiatan yang lainnya,” pungkas syekh Yusri.
wallahu A’lam.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain