Suasana bongkar muat pelabuhan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat pada bulan September 2016 sebesar 1,22 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada Agustus 2016 yang sebesar 0,36 miliar dollar AS. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memastikan keluar dari Trans Pacific Partnership (TPP) dan lebih memilih jalur perdagangan bilateral diprediksi akan mengganggu perdagangan internasional Indonesia.

Pasalnya, menurut Bank Indonesia, kebijakan proteksiosme Trump itu akan memicu kebijakan yang sama oleh Uni Eropa dan dampak lanjutan yang akan dialami negara mitra besar Indonesia seperti China.

“Kebijakan proteksionis AS itu berdampak pada volume perdagangan global. Sehingga perdagangan Indonesia dan negara ASEAN dan Asia lainnya bisa turun. Ini yang akan menjadi perhatian BI,” ungkap Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Jakarta, Rabu (25/1).

Karena dengan kebijakan proteksi itu, kata Juda, negara-negara dari Uni Eropa bisa melakukan hal yang sama. Untuk itu tak hanya pemerintah, BI juga menaruh perhatian serius terkait hal ini.

“Dulu katakan, membuat produk bisa melalui supply chain perdagangan menjadi meningkat. Dan ada AS first. Tapi dengan kebijakan itu (proteksi), dampak ke perdagangan akan turun. Ini yang mestinya menjadi perhatian kita bersama,” tandas dia.

Dengan kondisi demikian, lanjut Juda, BI juga menyarankan agar Indonesia dan negara-negara ASEAN serta Asia lainnya bisa meningkatkan perdagangan.

“Kalau AS melakukan proteksi yang cukup ketat, artinya di regional Asia ini mestinya perlu ditingkatkan perdagangan intra regional. Ini yang menjadi agenda kita ke depan,” ujar Juda.

 

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: