Tunis, Aktual.com – Sebanyak 36 jenazah yang ditemukan di dekat kota al-Abyar, Libya timur, pada Oktober, tampaknya dieksekusi dengan cepat oleh kelompok bersenjata yang setia kepada Tentara Nasional Libya Khalifa Haftar (LNA), kata Human Rights Watch pada Rabu (30/11).

Polisi setempat menemukan sejumlah jenazah tersebut di sebuah jalan raya utama, sekitar 50 kilometer sebelah timur Benghazi, daerah yang dikuasai oleh LNA. Segera, setelah penemuan tersebut, LNA langsung menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan.

Libya terbelah oleh unsur-unsur pemerintah dan tentara yang saling bersaing. LNA mengendalikan sebagian besar wilayah timur negara itu, daerah tempat Haftar memperluas kekuasaannya selama tiga tahun belakangan, melalui operasi serangan melawan kelompok garis keras dan musuh lainnya untuk mengendalikan Benghazi.

Jenazah yang ditemukan di dekat kota al-Abyar adalah penemuan terkini dalam banyaknya perkara serupa di Libya timur.

Kerabat dari enam korban mengatakan kepada HRW bahwa para korban telah diculik dari rumah mereka pada tanggal yang berbeda oleh kelompok bersenjata yang setia kepada LNA di Benghazi atau lokasi lainnya, kata kelompok hak asasi yang bermarkas di Amerika Serikat itu dalam pernyataan.

Semua kerabat tersebut mengatakan bahwa korban mengalami luka tembak dan tangan mereka terikat di belakang punggung, pihak keluarga korban dicegah untuk memasang tenda di luar rumah mereka di Benghazi, ketika menerima pelayat selama tiga hari masa berkabung, tambah HRW.

Mengutip seorang penyidik forensik yang meninjau 23 jenazah mengatakan bahwa luka-luka yang diderita korban menandakan bahwa mereka telah dieksekusi pada jarak yang dekat.

“Tentara Nasional Libya berjanji untuk melakukan penyelidikan terhadap perkara pembunuhan yang berulang terjadi di daerah yang berada di bawah kendali mereka, di wilayah Libya timur,” kata Eric Goldstein, Wakil Direktur HRW di Timur Tengah dan Afrika Utara.

“LNA tidak akan membiarkan kejahatan perang yang nyata terus terjadi, mereka berjanji untuk menyelidiki penemuan dalam peristiwa mengerikan di al-Abyar untuk membuktikan bahwa janjinya bukanlah hanya sekedar ucapan kosong belaka,” tambahnya.

LNA mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki seorang komandan dari satuan pasukan elit yang menjadi buronan Pengadilan Pidana Internasional (ICC) karena diduga mengeksekusi puluhan tahanan. Namun hingga kini, komandan tersebut belum diketahui secara pasti keberadaannya.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: