Jakarta, Aktual.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), menyatakan akan mengumumkan indeks integritas sekolah yang rendah hasil Ujian Nasional (UN) 2016.

“Jika tahun sebelumnya hanya mengumumkan sekolah yang mempunyai indeks integritas yang tinggi, pada tahun ini kami juga mengumumkan sekolah yang mempunyai indeks integritas yang rendah,” kata Kepala Pusat Pendidikan Kemdikbud, Nizam, di Jakarta, Minggu (3/4).

Indeks integritas merupakan indeks yang menunjukkan kejujuran siswa dan sekolah dalam pelaksanaan UN. Sekolah yang mempunyai indeks integritas tinggi akan mendapat penghargaan dari Kemdikbud, sebaliknya yang mendapat indeks integritas rendah akan mendapatkan pembinaan.

Menurut Nizam, indeks integritas sangat penting dalam pelaksanaan UN karena mulai UN 2015, ujian tersebut tidak lagi menentukan kelulusan.

“Indeks integritas itu juga digunakan dalam pertimbangan penerimaan mahasiswa baru,” katanya.

Dengan diumumkannya indeks integritas sekolah, diharapkan para orang tua dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam memasukkan anak ke suatu sekolah.

Ia menekankan, “Prestasi penting, tetapi yang lebih penting kejujuran.” Pada UN 2016, jumlah sekolah yang ikut UNBK sebanyak 4.402 sekolah atau sekitar 927.000 siswa. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 554 sekolah.

“Beberapa daerah seperti Jawa Timur mengalami peningkatan paling tinggi peserta UNBK, kepala daerahnya sangat progresif. Begitu pula, dengan DKI Jakarta yang naik secara signifikan sekolah yang menggunakan UNBK,” katanya.

Menurut Nizam, yang paling dihargai dalam penerapan UNBK ini adalah saling berbagi sumber daya. Sekolah yang menyelenggarakan UNBK dapat menggunakan peralatan komputer yang ada di sekolah tersebut.

Sementara itu, sekolah yang peralatannya kurang, bisa memanfaatkan fasilitas lengkap yang tersedia di sekolah terdekat, terutama bagi sekolah yang memiliki fasilitas berlebih.

Ujian nasional berbasis komputer (UNBK), kata dia, juga diselenggarakan di sekolah Indonesia yang ada di luar negeri, seperti Singapura, Kuala Lumpur, Jeddah, Belanda, dan Moskow. Sementara itu, sembilan sekolah Indonesia di luar negeri lainnya masih menggunakan kertas.

Ujian nasional bagi peserta SMA/MA/SMK akan diselenggarakan pada tanggal 4 April mendatang. Sejak 2015, UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan, tetapi digunakan untuk pemetaan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara