Jamaah lansia dan risti saat menunggu kedatangan bus di Arafah untuk lanjut Murur di Muzdalifah. (ANTARA/MCH 2024)

Jakarta, Aktual.com – Kementerian Agama akan menerapkan kembali dan memperkuat kebijakan murur pada penyelenggaraan ibadah haji serta mempersiapkan terobosan baru dalam bentuk penyiapan skema tanazul.

“Kita akan memperkuat skema murur pada haji 1446 H/2025 M,” ujar Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid dalam keterangannya di Jakarta, Senin (14/10).

Murur adalah pergerakan jamaah haji dari Arafah melintas di Muzdalifah lalu menuju ke Mina saat puncak haji. Jamaah diberangkatkan dari Arafah setelah Maghrib menuju Muzdalifah, tanpa turun, dan langsung menuju ke Mina.

Murur secara sistematis kali pertama diterapkan pada penyelenggaraan haji 2024. Terobosan ini berhasil mempercepat proses mobilisasi jamaah dari Muzdalifah ke Mina hingga selesai pada pukul 07.37 waktu Arab Saudi.

Ada lebih dari 50 ribu orang haji Indonesia yang mengikuti skema ini dan itu berhasil mengurangi kepadatan jamaah di Muzdalifah.

Selain murur, skema safari wukuf lansia non-mandiri juga akan diperkuat. Skema ini sudah diterapkan dalam dua musim haji terakhir.

Ratusan haji lansia dan disabilitas difasilitasi untuk melaksanakan safari wukuf. Mereka difasilitasi baik pada aspek transportasi, konsumsi, maupun akomodasinya.

“Kebijakan ini disambut baik jamaah lansia dan disabilitas. Mereka tidak terlalu kelelahan saat menjalani puncak haji dan mendapatkan pelayanan lebih maksimal dari petugas. Sementara manasik ibadahnya tetap dilaksanakan, termasuk melalui skema badal,” kata Subhan.

Untuk tahun depan, kata Subhan, pihaknya akan menyiapkan penerapan skema tanazul. Kebijakan ini dalam rangka mengurangi kepadatan jamaah haji saat mabit (menginap) di tenda Mina.

Konsepnya, jamaah yang tinggal di hotel dekat area jamarat, akan kembali ke hotel (tidak menempati tenda di Mina).

“Konsepnya mereka akan menginap pada malam hari di area terdekat jamarat (tempat lontar jumrah) hingga mencukupi waktu mabit. Setelah itu, mereka kembali ke hotel untuk istirahat. Ini rencana akan diterapkan bagi jamaah yang hotelnya di dekat jamarat,” kata Subhan.

Dalam skema tanazul ini, Kemenag juga tengah mengkaji konsep penyiapan katering bagi jamaah haji yang kembali ke hotel saat fase mabit di Mina.

Subhan berharap terobosan ini bisa menjadi solusi atas kepadatan tenda di Mina sekaligus memberi kenyamanan bagi jamaah dengan tetap mempertimbangkan keabsahan pada aspek manasik hajinya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan