Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi (kiri), saat memberikan keterangan kepada media di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (5/6/2024). ANTARA/Vicki Febrianto.

Malang, Aktual.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan optimalisasi upaya peningkatan produksi beras di tengah sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi dan berdampak pada penurunan produksi komoditas penting tersebut pada tahun sebelumnya (2023).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (5/6), mengatakan bahwa dampak kemarau panjang pada 2023, menurunkan produksi beras nasional.

“Produksi beras nasional pada 2023, turun signifikan. Tahun itu, produksi beras kita hanya 30,2 juta ton, turun dari tahun sebelunnya yang sebesar 31,5 juta ton,” kata Dedi.

Dedi menjelaskan kebutuhan beras di dalam negeri per bulan, tercatat mencapai 2,6 juta ton beras atau setara dengan 5,2 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), atau area luas panen seluas satu juta hektare.

Menurutnya, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, pada Maret dan April 2024, luas tanam di Indonesia kurang dari satu juta hektare. Luas tanam pada periode tersebut, tercatat hanya seluas 800-900 ribu hektare.

“Berarti, pada Juni ini, luas tanam kita tidak boleh kurang dari 1,1 juta hektare,” katanya.

Ia menambahkan dalam upaya untuk meningkatkan luas tanam tersebut, Kementerian Pertanian menyiapkan sejumlah upaya dengan program strategis yakni optimalisasi lahan rawa, pompanisasi di lahan sawah tadah hujan dan tumpang sisip padi gogo di lahan perkebunan.

Untuk sawah tadah hujan, lanjutnya, hanya menanam padi satu kali dalam setahun akibat tidak adanya air saat musim kemarau.

Kementerian Pertanian akan meningkatkan luas tanam dengan cara mengalirkan air dari air permukaan terdekat ke lokasi persawahan.

“Dari air permukaan, dialirkan ke sawah. Jadi, meskipun musim kemarau, dari tadinya yang tidak tanam menjadi tanam,” katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, dalam upaya untuk mendorong program strategis yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian itu, dilakukan pelatihan kepada jutaan petani, penyuluh pertanian dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) dengan tema Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional.

Pelatihan tersebut, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta dalam peningkatan produksi padi melalui optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi di lahan sawah tadah hujan serta pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi.

“Para petani, penyuluh pertanian dan lainnya, kita harus swasembada. Menteri Pertanian telah mengeluarkan berbagai terobosan untuk meningkatkan produksi yang berarti kita harus meningkatkan luas panen dan luas tanam,” katanya.

Total peserta yang mengikuti pelatihan tersebut mencapai 1.902.354 orang dari target yang dicanangkan sebanyak 1.800.000 orang. Pelatihan itu diberikan kepada petani sebanyak 1.823.948 orang dan Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejumlah 12.008 orang.

Kemudian, Penyuluh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebanyak 7.690 orang, Penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) Pusat 474 orang, Penyuluh THL Daerah 3.184 orang, Babinsa 48.347 orang dan Insan Pertanian lainnya sejumlah 6.703 orang.

Artikel ini ditulis oleh:

Sandi Setyawan