“Hukum disebutkan sebagai panglima tertinggi, namun masih banyak dijumpai kasus bahwa kekuasaan itu bisa mengintervensi hukum. Makanya ini masih menjadi pertanyaan pada era kemerdekaan ke-72 ini,” kata dia.

Di tempat yang sama, ketika tampil di hadapan audiens, Rovin Bou perwakilan dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI (PMKRI) langsung menyitir kata-kata Soekarno: ‘Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.’ “Sekarang kita memang sudah lepas dari penjajahan Belanda. Tapi jangan lupa, masih ada yang menjajah bangsa. Korupsi itu sama dengan penjajah, penghambat kemerdekaan, meski tanpa wajah,” kata Rovin, berapi-api.

Menurut dia, penghambat kemerdekaan yang lain adalah kasus in-toleransi yang membuat bangsa Indonesia hanya secara formal merdeka pada 17 Agustus 1945. Namun kenyataannya, masih ada berbagai bentuk penjajahan kecil di masyarakat.

“Saya berharap agar masyarakat tidak diam jika masih mengalami penjajahan, agar merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Saya setuju dengan kata-kata Presiden Jokowi baru-baru ini yang mengucapkan: suarakanlah kebenaran ketika kalian merasakan ketidakadilan. Semoga kebenaran ini akan membawa pada kemerdekaan yang sesungguhnya,” ujarnya pada acara Dialog Kebangsaan ini.

Kegiatan Dialog Kebangsaan ini dimeriahkan dengan lagu-lagu Band Navicula yang menjadi soundtrack film ‘Long Sa’an: The Journey Back’. Selain itu, tampilan Duo Aya dan Laras, menghadirkan suasana syahdu lewat tembang grup band Coklat bertajuk Bendera.

Syair lagu: “Merah putih teruslah kau berkibar – Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini – Merah putih teruslah kau berkibar – Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini – Merah putih teruslah kau berkibar – Ku kan selalu menjagamu …” pun membahana pada satu senja, mengiringi detak waktu menuju 17 Agustus 2017.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby