“Konsep intelijen ini sangat dibutuhkan untuk mendeteksi dan mengeliminir ancaman-ancaman yang dihadapi di Indonesia,” terang dia.
Sehingga kata BG, pria sapaan akrabnya, ulama perlu mempelajari dan terlibat dalam intelijen 3.0. “Intelijen 3.0 telah diterapkan intelijen asing yang digunaka untuk mengganti rezim suatu pemerintahan,” sambung dia.
Mantan Kelemdikpol Polri ini menerangkan, dewasa ini ada sejumlah ancaman yang dihadapi Indonesia. Pertama ancaman Black Ops dengan cara mempengaruhi kelompok tertentu untuk menciptakan situasi inkondusif bagi jalannya pemerintahan. Lalu ada ancaman psyco ops berupa berita hoax yang terus mempengaruhi opini masyarakat.
“Kemudian ancaman kelompok teror dengan konsep Jihad Fardiyah (Amaliyah Perorangan) yang ingin menciptakan Khilafah Islamiyah seperti zaman Khilafah Usmaniyah. Sekarang pergerakan kelompok ISIS di Timur Tengah mulai bergerak ke Asia Pasifik dan mempunyai tujuan untuk mendirikan Khilafah di wilayah Asia Pasifik,” tuturnya.
Tak hanya itu, lulusan Akpol 1983 ini juga menyebut narkoba sebagai ancaman besar bagi Indonesia, karena Tanah Air dijadikan pasar narkoba oleh 27 kartel narkoba di dunia. Lalu ada ancaman ideologi yang anti Pancasila juga diwaspadai oleh mereka.
Ancaman ekonomi kata dia juga ada, hal ini didominasi oleh ancaman maraknya produk palsu khususnya produk Tiongkok, dominasi mafia pangan dan energi, serta praktik ekonomi yang tidak sehat di kalangan pelaku ekonomi. Tak kalah bahaya kata dia adalah isu anti Tiongkok.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby