Tak hanya itu, lanjutnya, rendahnya jumlah sumber daya manusia yang berkualitas di sektor penerbangan berakibat tidak primanya layanan penerbangan. Sebagai contoh, pilot lokal yang mengantongi sertifikat terbang hanya 5.500, padahal saat ini terdapat 1.200 lulusan sekolah pilot yang menganggur karena kurangnya jam terbang.
“Di sisi lain, petugas pengawas atau inspektur untuk mengawasi kinerja maskapai pun masih kurang,” kata Djasarmen.
Sementara itu, Anggota Komite II Wa Ode Hamsinah Bolu mengapresiasi dengan menetapkan Bandara Silangit menjadi internasional. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba. “Dengan adanya bandara internasional maka akan menambah pertumbuhan ekonomi di sini,” katanya.
Senator asal Sulawesi Tenggara berharap didaerahnya juga bisa ditetapkan sebagai bandara internasional. “Karena kita punya wisata Wakatobi yang menjadi destinasi wisata. Otomatis akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sulteng,” kata dia.
Dikesempatan yang sama, EGM Silangit International Airport Hotasi Manalu menjelaskan pergerakan penumpang pada 2015 hanya 17rb per tahun. Sementara pada 2016 menjadi 150rb per tahun. “Target kami tahun ini mencapai 300rb. Untuk saat ini kami baru buka penerbangan internasional ke Singapura. Ini belum reguler masih uji coba,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh: