Kediri, Aktual.com – Kiai sepuh Nahdlatul Ulama meminta warga maupun pengurus NU senantiasa menjaga keikhlasan dan persatuan di internal organisasi sebagai upaya menguatkan jamiyah dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.

“NU itu harus kompak. Siapa pun yang khidmah dengan NU, jangan sekali-kali (konflik gara-gara) rebut jabatan, rebut kekuasaan,” kata Mustasyar PBNU Kiai Haji Nurul Huda Djazuli dalam keterangan tertulis yang diterima di Kediri, Jawa Timur, Jumat (17/2).

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah di Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, itu juga mengingatkan bahwa mendekati hajatan pemilu, para kiai biasanya akan kedatangan tamu “bermacam-macam”.

“Oleh karena itu, kekompakan adalah modal dasar untuk tetap tak tergoyahkan. Jangan sampai NU pecah,” katanya.

Sementara itu, Rais Syuriyah PBNU Kiai Haji Ahmad Haris Shodaqoh juga mengingatkan tentang peran global NU untuk menjadi juru damai sebagai cerminan dari misi kasih sayang universal Islam rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua).

NU, kata dia, harus tetap konsisten pada prinsip-prinsip yang telah dicanangkan para pendirinya, baik dalam hal akidah, syariah, maupun akhlak.

Wakil Rais Aam PBNU Kiai Haji Anwar Iskandar pada kesempatan sama menambahkan bahwa NU harus mampu menjaga hal-hal lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik, yakni al-muhafadhah ‘alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, tanpa keluar dari ajaran salafus shalih.

Kiai Anwar juga menyampaikan sejumlah capaian fenomenal, yakni Muktamar Internasional Fikih Peradaban I sebagai kelanjutan dari G20 Religion Forum atau R20 yang juga diinisiasi NU.

Salah satu butir deklarasi dari pertemuan ulama dunia itu adalah memberi legitimasi kepada Piagam PBB dan PBB sebagai institusi multilateral yang sah dari kacamata syariat.

“NU telah mendeklarasikan sebuah cita-cita besar bahwa kita ingin jadi pelopor dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah dunia,” kata Kiai Anwar.

Peran tersebut, menurutnya, adalah usaha NU dalam menerjemahkan prinsip ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan) yang sudah dicanangkan K.H. Achmad Siddiq selaku Rais Aam PBNU periode 1984-1991.

Trilogi ukhuwah itu telah dielaborasi secara pemikiran oleh K.H. Abdurrahman Wahid, lalu diwujudkan dalam program-program oleh PBNU pimpinan Ketua Umum K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

PBNU telah menggelar Tasyakuran 1 Abad NU dan Doa untuk Muassis-Masyayikh Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Kamis (16/2) malam dan berakhir pada Jumat (17/2)

Hadir dalam forum itu, Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar beserta Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf dan segenap pengurus harian PBNU lainnya.

Sebelumnya, para kiai sepuh NU dari berbagai daerah di Indonesia menggelar tahlil dan istighasah di area makam Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis (16/2).

Ketua PBNU yang juga juru bicara tasyakuran ini, Alissa Qotrunnada Munawaroh, menyebut acara ini sebagai malam spiritualitas yang dihadiri para kiai yang mayoritas dari jajaran mustasyar dan syuriyah dari pusat dan se-Pulau Jawa.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu