Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Maulana Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ro’ah dalam pengajian Bahjat Annufusnya menjelaskan, bahwa diantara sifat-sifat penuntut ilmu yang sukses adalah bersungguh-sungguh dalam muraja’ah (meninjau kembali) pada sebuah perkara yang masih diragukannya. Yaitu selalu mengambil ilmu dengan penuh kesempurnaan dan keyakinan, serta tidak membiarkan keraguan di dalam segala perkaranya.

Hal ini adalah sesuai dengan perangai salah satu ummahat al mu’minin yaitu sayyidah Aisyah RA, seorang anak dari sahabat Abu Bakkar As Shiddiq RA, yang dipanggil oleh baginda Rasulullah SAW dengan julukan al muwaffaqah (orang yang mendapatkan pertolongan Allah dalam segala hal). Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa:

“أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم كَانَتْ لاَ تَسْمَعُ شَيْئًا لاَ تَعْرِفُهُ إِلاَّ رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ ”

yang artinya “ Sesungguhnya Aisyah RA istri baginda Nabi SAW tidaklah mendengarkan sesuatu yang tidak ia ketahui kecuali dirinya akan meninjau kembali sampai mengetahuinya “(HR. Bukhari).

Sayyidah Aisyah RA ketika itu menanyakan kepada baginda Nabi akan sabdanya yaitu:

“مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ ”

yang artinya “ barang siapa yang dihisab maka dirinya akan disiksa “(HR. Bukhari).
Hadits ini menimbulkan kerancauan bagi dirinya, oleh sebab adanya firman Allah yang berbunyi :

“فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ”

yang artinya “ maka dirinya akan dihisab dengan hisab yang mudah”(QS. Al Inshiqaq:8).

Pada hadits baginda Nabi diatas, adalah menyatakan secara umum bahwa semua orang yang dihisab (dihitung amal perbuatannya di hari kiamat) akan disiksa, sedangan Al Qur’an mengatakan bahwa orang-orang yang menerima buku catatan amal perbuatannya akan mengambil dengan tangan kanannya maka mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan. Secara dzahirnya, hadits dan ayat ini bertentangan, sehingga membuat sayyidah Aisyah RA bertanya kepada baginda Nabi SAW.

Lalu bagindapun berkata:

“إِنَّمَا ذَلِكَ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ ”

yang artinya “Sesungguhnya hal itu (hisab yang mudah) adalah amal yang dipertontonkan (dihadapan para makhluk Allah), akan tetapi orang yang dihisab secara teliti maka akan hancur “(HR. Bukhari).
Baginda Nabi SAW mentafsiri hisab yang mudah dengan dipertontonkannya amal perbuatan seorang hamba dihadapan makhluk Allah Ta’ala, yang mana merupakan salah satu dari bentuk hisab di hari kiamat nanti. Sifat ini adalah merupakan sunnah baginda Nabi SAW, yang mana baginda mengakuinya.

Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin