Jakarta, Aktual.com – Ali bin Ahmad bin Sahl atau yang dikenal Abu al-Hasan al-Busyanji. Kunyahnya beliau adalah Abu al-Hasan sedangkan al-Busyanji dinisbatkan kepada daerah Busyanji berasal. Beliau merupakan tokoh sufi pada abad ke empat Hijriyah yang sangat berpengaruh di Khurasan.

Beliau merupakan sangat alim dalam ilmu tauhid, berakhlak mulia, religius dan sangat dermawan. Abu al-Hasan al-Busyanji meninggal dunia pada tahun 348 Hijriyah.

Fariduddin al-Atthar dalam kitab Tazkirat al-Auliya’ mengisahkan bahwa suatu hari Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji sedang berada di tempat wudhu’. Di tengah-tengah wudhu’, tiba-tiba terbesit di dalam hatinya untuk menyedekahkan pakaiannya kepada fakir miskin.

“Wahai pelayanku, Ambillah beberapa pakaianku dan berikanlah kepada fakir miskin yang membutuhkannya,” ucap Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji dari dalam tempat wudhu kepada pelayannya.

Akan tetapi, pelayannya ini justru menolak sebab Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji karena beliau sendiri belum selesai berwudhu, “Wahai Syekh, Bersabarlah selesaikan dulu wudhunya nanti saja berikan pakaian itu setelah engkau selesai berwudhu’,”

Akan tetapi karena takut tergoda dengan setan ia mengatakan kapada pelayannya untuk tetap memberikan pakaiannya kepada fakir miskin, “Tidak, aku takut jika menunggu wudhuku selesai. Aku khawatir setan akan menggodaku, lalu aku mengurunkan niatku untuk bersedekah,”

Mendengar penjelasan Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, sang pelayan lalu bergegas melaksanakan perintah itu.

Kisah Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji di atas, bisa dipetik sebuah hikmah bahwa untuk melakukan suatu perbuatan baik jangan pernah ditunda-tunda. Sebab setan akan senantiasa menggoda manusia agar tidak melakukan kegiatan baiknya itu.

Waallahu a’lam

 

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra