Jakarta, aktual.com – Sudah tidak asing lagi bahwa seorang guru itu memiliki murid yang bermacam-macam sifat dan karakternya, permasalahan-permasalahannya pun beraneka ragam. Seperti halnya Nabi Muhammad Saw, sahabat-sahabat beliau ada yang memiliki masalah terkait kesombongan, pemarah dan lain-lain. Hal ini dirasakan oleh Abu Yazid al-Busthami saat muridnya mengadu masalah kepada dirinya, berikut kisahnya:

Suatu hari, Abu Yazid didatangi oleh seorang muridnya dan murid tersebut tengah mengadu kepada Abu Yazid Al-Busthami, “Wahai guruku, sungguh aku sudah lama beribadah selama 30 tahun lamanya, ibadahku tak lain adalah sholat di setiap malamnya dan berpuasa tiap hari, telah ku tanggalkan syahwatku, anehnya tidak kutemukan pengalaman rohani yang engkau ceritakan kepadaku,”.

Kemudian Abu Yazid pun menjawab kegelisahan yang tengah dihadapkan muridnya tersebut, “Walau seberapa dan sebanyak seperti apapun ibadahmu selama 300 tahun pun, engkau tidak akan mencapai satu biji pun dalam keilmuan ini”.

Murid tersebut menjawab, “Mengapa bisa seperti itu? Wahai guruku?”.

“Karena engkau telah tertutup oleh dirimu sendiri,” jawab Abu Yazid Al-Busthami.

“Lalu apakah yang harus aku lakukan agar hijab (penutup) ini tersingkap?” timbal sang murid kepada Abu Yazid berharap akan ada jawaban dari sang guru tersebut.

“Perihal tersebut, ada obatnya, akan tetapi kau tidak akan mampu melaksanakanya,” kata Abu Yazid.

Berkata murid tersebut, “Tentu saja akan kulakukan,”.

Abu Yazid Al-Busthami terdiam sejenak, “Baiklah kalau begitu, pergilah engkau ke tukang cukur, lalu cukurlah rambut dan jenggotmu, tanggalkan pakaianmu, pakailah baju yang lusuh dan compang-camping, gantungkan pada lehermu kantung berisi kacang, lalu pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak kecil di sana kemudian katakanlah kepadamu dengan selantang mungkin ‘hai anak-anak barang siapa yang hendak melempariku satu kali maka akan kuberikan satu kantong kacang teruntuk kalian yang telah melempariku,’ Kemudian pergilah kamu ke tempat dimana jamaahmu mengagumimu,” jelas Abu Yazid.

Seperti ditampar petir murid tersebut, “Subhanallah, kau mengatakan ini kepadaku, bagaimana mungkin ini baik kepadaku untuk kukerjakan?”.

Berkata Abu Yazid, “Ucapan tasbihmu adalah bentuk ucapan syirik karena nampaknya engkau sedang memuji Allah padahal sebenarnya engkau sedang memuji dirimu sendiri. Lalu adakah cara lain yang bisa aku lakukan selain hal tersebut?” sang murid tetap kekeuh dengan pendiriannya.

“Sudah kuperingatkan sedari awal tadi bahwasanya kau tidak akan mampu mengerjakannya, karena pada dirimu sudahlah tertutupi dengan sifat sombong,” lanjut Abu Yazid.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain