Ketika sejumlah menteri ‘golden boy’ melompat ke luar, kapal besar Orde Baru itu kehilangan keseimbangannya. Akhirnya, Pak Harto tenggelam oleh pengkhianatan orang dalam.

“Kisah Ginandjar tersebut tentu sangat menginspirasi sekaligus mengingatkan kita tentang kisah sang Brutus yang namanya abadi hingga akhir zaman. Bagi para pengkhianat, Brutus adalah nabi dan sumber inspirasi. Kisah Brutus mungkin saja telah mengispirasi Ginandjar,” kecam Haris.
Alkisah, pada tahun 44 SM, sejumlah senator yang dipimpin oleh Marcus Junius Brutus membunuh penguasa Republik Romawi Julius Caesar. Rencana itu berawal dari kedengkian sekaligus ketakutan para senator terhadap Kekaisaran Julius yang semakin berkuasa.
Padahal, Brutus dibesarkan bahkan pernah dimaafkan Julius Caesar saat bersalah. Brutus malah berkonspirasi, mengeroyok dan menikam seluruh tubuh Julius Caesar dengan belati hingga tewas di Senat Roma, saat memenuhi undangan para senator Brutus, walau telah dilarang datang oleh istrinya.
“Begitu besar cintaku kepadanya, sehingga aku tak ingin membiarkannya hidup sebagai seorang diktator yang tiran,” ucap Brutus layaknya pahlawan, dalam naskah sastrawan Shakespeare.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta