Menurut Emam, para pengungsi Rohingya yang berhasil menempuh pendidikan yang baik seperti dirinya, memilih tidak tinggal di Bangladesh.

“Beberapa dari kami juga sukses menjadi dokter, insinyur, dan lain-lain. Tetapi mereka sekarang tidak tinggal di Bangladesh,” ujar Emam.

Awalnya, hidup Emam cukup mulus sebagai dokter di Arab Saudi. Setelah dua tahun bekerja di Arab, Emam pulang ke Bangladesh untuk menengok orang tua dan keluarganya.

“Saat saya tiba di Bangladesh, pemerintah sini menangkap saya dan menjebloskan saya ke penjara,” katanya.

Emam ditangkap pada 7 Oktober 2012 dan enam bulan kemudian bebas. Namun, ia sudah tidak bisa kembali ke Arab Saudi lagi.

Membangun mimpi Kondisi tersebut tidak membuatnya terpuruk. Walaupun harus kembali ke pengungsian, Emam membuka lembaran baru hidupnya.

Ia menjadi guru bagi anak-anak Rohingya di kawasan pengungsian. Dengan modal dari hasil bekerja, Emam kemudian membangun madrasah.

“Tahun lalu saya membangun madrasah yang bisa menampung 90 murid. Saya selalu memikirkan anak-anak Rohingya, tentang bagaimana masa depan mereka. Saya berusaha membantu semampu saya,” kata Emam.

Sementara itu, dari kampung halamannya gerilyawan Rohingya melancarkan serangan terhadap pos keamanan, sehingga memicu pembalasan dari pasukan pemerintah dan penjaga keamanan sipil pada 25 Agustus 2017.

Rumah-rumah milik warga Rohingya dibakar hingga tak tersisa. Diskriminasi semakin menjadi-jadi. Perempuan diperkosa, pria dibunuh, banyak anak-anak yang kehilangan orang tua mereka.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby