Orang-orang Rohingya berbondong-bondong melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya sebagai arus pengungsi paling cepat berkembang di dunia dan sekaligus mimpi buruk kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Setidaknya sudah sekitar 650.000 warga Rohingya, yang separuh dari mereka adalah anak-anak, menyelamatkan diri ke Bangladesh dengan susah payah.

Emam mengaku sedih mengetahui nasib saudara sebangsanya yang semakin memprihatinkan.

“Saya sedih, karena saya juga tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Emam.

Menurut Emam, pemerintah Myanmar ingin menghilangkan etnis Rohingya.

“Mereka ingin menghabisi etnis Rohingya. Menurut saya, pemerintah Myanmar tidak akan pernah berpihak kepada Rohingya. Saya juga tidak percaya kalau Aung San Suu Kyi bisa mengatasi krisis Rohingya,” tutur Emam.

Terkait kesepakatan antara Bangladesh dan Myanmar pada 23 November lalu untuk melakukan repatriasi pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar, Emam menyangsikan hal tersebut.

“Saya tidak percaya,” katanya.

Meski pesimistis, Emam masih menyimpan mimpinya untuk bisa kembali ke tanah kelahirannya.

“Jika saja krisis Rohingya ini benar-benar bisa selesai, saya ingin pindah ke kampung halaman saya. Biar bagaimana pun, itu adalah tanah kelahiran saya,” kata Emam.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby