Jakarta, Aktual.com — Indonesia merupakan produsen terbesar rumput laut di dunia, khususnya jenis “Eucheuma cottonii” yang jumlahnya mencapai 8,3 juta ton pada 2013 berdasarkan data sementara statistik FAO yang dikeluarkan pada Maret 2015.
Sedangkan untuk rumput laut jenis “Gracilaria sp.”, pada 2013 Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok, dengan produksi sebesar 975 ribu ton, kata Direktur Jenderal Perikanan Budi daya Slamet Soebjakto, melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (8/7).
“Untuk menuju Indonesia sebagai poros maritim, dari sisi pemanfaatan sumberdaya perikanan melalui perikanan budi daya, rumput laut bisa banyak berkontribusi. Terutama sebagai andalan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir dan di kantong kemiskinan,” katanya.
Budi daya rumput laut juga selaras dengan tiga pilar pembangunan yang merupakan turunan dari Nawacita atau Visi Misi Presiden RI.
Sebab budi daya rumput laut merupakan salah usaha budi daya yang tidak menimbulkan pencemaran, tidak perlu pakan dan obat, serta menggunakan teknologi yang sederhana.
“Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Saya kira dari sisi usaha, bisnis, lahan, serta SDM, semuanya bisa dilakukan,” ujar Slamet.
Total produksi rumput laut nasional saat ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Menurut data sementara di KKP, produksi rumput laut nasional pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dari produksi rumput laut pada tahun 2010 yang berkisar 3,9 juta ton, peningkatan rata-rata pertahun mencapai 27.71 persen.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas utama perikanan budi daya, yang menjadi andalan dalam peningkatan produksi, perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Untuk mendukung peningkatan produksi rumput laut nasional dan tetap menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan terobosan dengan menggunakan teknologi kultur jaringan dan pengembang biakkan rumput laut melalui spora.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB terus di dorong mengembangkan teknologi yang inovatif dan aplikatif, untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budi daya.
“Pengembangan bibit rumput laut E. cottonii melalui kultur jaringan dan bibit Gracilaria, adalah bagian dari upaya untuk menyediakan bibit rumput laut yang berkualitas dalam jumlah yang cukup,” demikian disampaikan Sekretaris DJPB, Tri Hariyanto.
Lebih jauh, Tri Hariyanto mengatakan bahwa produksi bibit E. cottonii hasil kultur jaringan (Kuljar), dihasilkan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang bekerjasama dengan SEAMEO Biotrop Bogor.
“Bibit E. cottonii kuljar telah didistribusikan ke beberapa sentra budidaya rumput laut sejak tahun 2013, untuk di sebarkan ke masyarakat dan dibudidayakan. Tujuan distribusinya antara lain ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Aceh, Bengkalis, Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten,” papar Tri.
Sedangkan untuk peningkatan kualitas bibit rumput laut Gracilaria, melalui penempelan spora, dikembangkan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar bekerja sama dengan Australian Center for International Agricultural (ACIAR), PT. Agarindo Bogatama dan Balitbang Maros.
“Sinergi di antara perekayasa, peneliti dan juga user atau pengguna produk harus dilakukan, sehingga hasil perekayasaan dapat digunakan dan diterapkan di masyarakat. Dampaknya adalah peningkatan produksi dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudidaya dan juga masyarakat pesisir,” tuturnya.
Tri mengatakan bahwa sinergi juga harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir dalam suatu kawasan budidaya rumput laut.
Mulai dari budi daya, pengolahan dan pemasaran harus ada dalam satu kawasan. Sehingga bisa menghemat biaya transportasi dan menjaga kualitas rumput laut, yang pada akhirnya memberi nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk rumput laut tersebut.
“Pengembangan kawasan budi daya ini yang akan terus kita dorong dan dukung, melalui kerja sama dan koordinasi dengan pemerintah daerah dan kementerian lainnya yang terkait,” pungkas Tri.
Artikel ini ditulis oleh: