“Tapi sayangnya hal seperti itu tak sering disinggung oleh pemerintah. Mereka selalu membandingkan dengan Jepang dan Amerika Serikat (AS). Ini saja sudah ada niat yang tak bagus,” dia menegaskan.
Kata dia, banyak negara lain yang sebenarnya memiliki rasio utang lebih rendah dari Indonesia yang cukup berhasil dalam pembangunannya.
“Itu yang bagus Rusia. Bisa kok kita tiru pengelolaan utang di Rusia yang bagus. Mereka rasio utangnya hanya 17 persen terhadap PDG, sedang kita sudah 30 persen dan itu akan terus meningkat taoi masih dianggap aman terus,” kritik dia.
Dia menegaskan, sejauh ini peningkatan utang terbilang cukup masif, khususnya melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN). “Tahun depan oun ditargetkan ada penerbutan utang sekitar Rp400 triliunan. Sehingga rasionya bisa terus melonjak di atas 30 persen,” kata Heri.
Dengan semakin besarnya jumlah utang ini, nantinya akan menggerogiti kondisi fiskal pemerintah. “Risiko utang yang paking tinggi adalah ruang fiskal akan semakin sempit. Sehingga pemerintah akan semakin tersandera oleh fiskal yang tak sehat. Pada akhirnya rakyatlah yang akan dikorbankan,” dia menegaskan.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu