Jakarta, Aktual.co —Komunitas Ciliwung Tandjoeng Oost, Danoe Winarya mengatakan komunitas ingin terlibat dalam upaya normalisasi Sungai Ciliwung untuk mengatasi banjir karena lebih mengetahui karakteristik sungai tersebut.
“Orang yang tinggal di daerah Ciliwung harus tahu kali itu mau diapakan,” kata Danoe saat ditemui usai diskusi “Upaya Pengendalian Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya” di Jakarta, Senin (10/11).
Menurut dia, Sungai Ciliwung tergolong unik karena sungai pada umumnya terdapat ruang hijau dan masyarakat tidak tinggal dekat dengan sungai.
Masyarakat yang tinggal di dekat sungai belum tentu mengetahui potensi yang dimiliki sungai sehingga sungai terkesan seperti parit besar dan, misalnya, mereka membuang sampah ke sana.
Danoe, yang juga anggota Forum DAS Provinsi DKI Jakarta bagian konservasi dan rehabilitasi, menilai pembangunan rumah di bantaran sungai adalah mengambil hak sungai karena menurut Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 sungai adalah air, sempadan dan bantaran.
Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menempati lahan yang wajib menjadi sabuk hijau Ciliwung.
“Sabuk hijau di hulu dan hilir wajib. Bagian hulu untuk menyimpan air sebanyak-banyaknya, tengah untuk menyimpan air selama-lamanya dan hilir untuk membawa air ke laut,” katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk peduli dengan Sungai Ciliwung dengan menanam pohon, terutama yang endemik, di sekitar sungai dan berharap proyek normalisasi sungai berlangsung tanpa mengabaikan vegetasi.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid