Kondisi itu semakin diperparah dengan menurunnya produksi minyak Indonesia sejak 2015 yang hanya mencapai 786 ribu barel per hari atau menurun 70% dibandingkan dengan produksi tahun 2005. Tahun 2016 lalu, produksi minyak hanya mencapai 831 ribu barel dan tahun 2017 ini sebesar 825 ribu barel.

“Sehingga, kontribusi sektor minyak terhadap penerimaan negara menurun 79% dari Rp216 triliun pada 2014 menjadi hanya Rp45 triliun di 2016,” kata Daeng.

Bahkan dengan begitu, kata dia, sumbangan Indonesia kepada pasar gas global menurun dalam beberapa tahun terakhir dari 2,6% terhadap pasar global pada tahun 2010 menjadi 2,0% di tahun 2016.

“Indonesia telah jatuh dari posisi sebagai world largest exporter setelah Qatar, Australia, Nigeria, and Malaysia,” jelasnya.

Sampai hari ini, lanjut Daeng, sektor tambang dan migas belum menunjukkan tanda-tanda akan mengalami pulih. Padahal sektor di bawah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut selama bertahun-tahun merupakan penopang ekonomi Indonesia dan penyumbang terbesar pendapatan negara.

“Jadi bagaimana nasib pemerintahan Jokowi beserta segenap ambisinya itu? Dipertanyakan keberhasilannya,” tandas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka