Menurut Eka, sudah ada sebagian toko yang buka, hanya saja belum ada uang untuk membeli susu karena sejak gempa dan tsunami mengguncang Kota Palu dan sekitarnya dia dan suaminya tidak bekerja sehingga tidak ada pemasukan untuk biaya hidup.

Sebelum bencana alam itu melanda, kata Eka, suaminya sehari-hari menjual makanan dengan menggunakan gerobak dorong. Saat ini belum bekerja karena masih dihantui gempa susulan yang kerap mengguncang Kota Palu dan sekitarnya.

Eka mengaku selama ini tidak mengungsi di titik kumpul pengungsian. Ia memilih bertahan di rumahnya dengan membuka tenda di depan rumahnya.

Sebelumnya Gubernur Sulteng, Longki Djanggola mengatakan pemerintah memprioritaskan pengungsi yang meninggalkan rumahnya, baik karena tidak layak huni lagi maupun karena trauma gempa.

“Ada juga sebagian orang mengaku mengungsi, padahal hanya buka tenda di depan rumahnya. Tetapi dia ada motor bahkan mobilnya sampai tiga,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid