Trauma Gempa dan tsunami yang mengguncang Kabupaten Donggala, Kota Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) lalu, menyisakan duka yang menorehkan kenangan pahit yang sangat kelam.

Gempa yang kemudian disusul tsunami menyebabkan hampir seluruh infrastruktur terkoyak di Kabupaten Donggala. Walaupun kerusakan tidak separah dibandingkan dengan Kota Palu, namun petaka di Jumat petang itu tetap mengoyak keceriaan warga yang berada di perbatasan Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat itu.

“Walaupun rumah saya tidak sampai ambruk dan hanya bagian dapur yang rusak, tetapi gempa dan tsunami itu membuat kami sangat ketakutan dan tidak berani tidur di rumah. Apalagi, masih seringnya terjadi gempa susulan, membuat kami dan warga disini sangat trauma dan terpaksa mendirikan tenda di samping rumah,” kata salah seorang warga Kecamatan Benawa Kabupaten Donggala, Wia.

Dampak gempa disertai tsunami tersebut, tidak hanya mengoyak kawasan Sulawesi Tengah, tetapi juga berdampak pada rusaknya setidaknya 800 rumah di wilayah Kabupaten Pasangkayu Provinsi Sulawesi Barat. Di sepanjang perjalanan dari Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat, sejumlah rumah warga terlihat “mencium” tanah akibat diguncang gempa yang tidak lama kemudian disusul tsunami.

Namun, kondisi rumah-rumah warga yang berada di sepanjang jalan antarprovinsi itu tidaklah separah di kawasan pesisir khususnya di sekitar Pelabuhan Donggala. Walaupun masih banyak rumah warga yang berdiri kokoh, namun tiang-tiang listrik yang berada di sisi kanan terlihat roboh yang juga menjadi salah satu penyebab terputusnya suplai listrik di Kabupaten Pasangkayu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara